LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BCB + SMK + ASFIKSIA BERAT + RESPIRATORING DISTRESS + EC. SUSPEK SNAD + IKTERUS NEONATORUM + SUSPEK BREAST FEEDING JAUNDICE DI RUANG CEMPAKA BARAT RSUP SANGLAH DENPASAR
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan Di Ruang Poliklinik Kebidanan RSUP
Sanglah Denpasar.
Penulisanan laporan ini
dalam rangka menerapkan praktik klinik kebidanan yang merupakan salah satu mata
kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan. Dalam
penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yayasan
Indah Sari Mulia Banjarmasin
2. Anggrita
Sari, S.Si.T.,M.Pd.,M.Kes sebagai Direktur Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
3. Nurul
hidayah,SST selaku bagian Praktik Klinik Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
4. Miftahul
Jannatus Soraya, SST sebagai Pembimbing Pendidikan (CT) Di Akademi Kebidanan
Sari Mulia Banjarmasin
5. Ni
Ketut Sunarti, SST sebagai pembimbing lahan praktik (CI) Di Ruang Poliklinik
Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar
6. Kakak-kakak
bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan dalam
laporan ini
Yang telah memberikan
masukan dan pengarahan kepada penulis sehingga laporan ini diselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan demikian
penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari dosen
pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memb/erikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................
iii
KATA PENGANTAR..................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
1
A.Latar Belakang.................................................................................
1
B.Tujuan..............................................................................................
2
C.Manfaat ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................
5
A.Pengertian ....................................................................................... 5
B.Etiologi.............................................................................................
5
C.Gejala Klinis.....................................................................................
6
D.Patofisiologi......................................................................................
9
E.Komplikasi.......................................................................................
9
H.Penatalaksanaan..............................................................................
10
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................
12
A.Data Subjektif.................................................................................
12
B. Objective Data...............................................................................
14
C.Assesment.......................................................................................
15
D.Planning..........................................................................................
15
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................
19
BAB V PENUTUP.......................................................................................
21
A.Kesimpulan.....................................................................................
21
B.Saran .............................................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru
lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah
ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi,
kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran
dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Dua hal yang banyak menentukan penurunan
kematian perinatal ialah tingkat kesehatan serta gizi wanita dan mutu pelayanan
kebidanan yang tinggi d
Menurut Laporan dari
organisasi kesehatan dunia
yaitu World Health Organization
(WHO) bahwa setiap
tahunnya, kira-kira 3% (3,6
juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia
dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa bayi baru lahir
(usia dibawah 1 bulan) dan setiap 6 menit terdapat 1 bayi baru
lahir yang meninggal.
Penyebab kematian bayi
baru lahir di Indonesia
adalah bayi berat lahir rendah
(29%), asfiksia (27%) dan
lain-lain 44% (JNPK-KR, 2008).
Angka kematian bayi
dan balita untuk
periode lima tahun
(2008 – 2012) bahwa semua Angka
kematian bayi dan balita hasil Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012
lebih rendah dari
pada hasil SDKI 2007.
Angka kematian bayi
hasil SDKI 2012
adalah 32 kematian
per 1000 kelahiran hidup
dan kematian balita
adalah 40 kematian
per 1000 kelahiran hidup
dan mayoritas kematian
bayi terjadi pada
neonatus. Pada tahun 2012
Angka kematian bayi
tertinggi di Indonesia
diduduki oleh Gorontalo dan Papua Barat
dengan jumlah kematian 67 jiwa
dan 74 jiwa dari 1.283 jiwa (SDKI, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik
untuk mengambil judul Laporan Kasus Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir
dengan BCB + SMK + Asfiksia Berat di Ruang Cendrawasih RSUD Banjarbaru.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mempersiapkan
peserta didik untuk menjadi kandidat bidan dalam mengaplikasikan ilmu
diperkuliahan agar menjadi bidan yang profesional.
2.
Tujuan Khusus
a. Mahasiswa
mengetahui pengkajian secara sistematis yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan BCB +
SMK + Asfiksia Berat di Ruang Cendrawasih RSUD Banjarbaru.
b. Mahasiswa
mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan BCB +
SMK + Asfiksia Berat di Ruang Cendrawasih RSUD Banjarbaru.
c. Mahasiswa
mengetahui diagnosis pada
bayi baru lahir dengan BCB + SMK + Asfiksia Berat di Ruang Cendrawasih RSUD
Banjarbaru.
d. Mahasiswa
mengetahui penatalaksanaan pada
bayi baru lahir dengan BCB + SMK + Asfiksia Berat di Ruang Cendrawasih RSUD
Banjarbaru.
C.
Manfaat
1.
Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa
yang akan datang.
2.
Bagi Petugas Kesehatan
Dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan
asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan BCB + SMK + Asfiksia Berat.
3.
Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan BCB +
SMK + Asfiksia Berat.
4.
Bagi Klien
Ibu
dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang
diberikan kepada bayinya serta pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir
dengan asfiksia berat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang
sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan
keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan
(Depkes RI, 2009).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak
dapat bernafas, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
lebih lanjut (Manuaba, 2010).
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi
baru lahir yang mengalami gagal bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2011).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya Asfiksia menurut Proverawati (2010)
1. Faktor Ibu
Oksigenisasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anastesi, penyakit jantung, sianosis, gagal pernafasan, keracunan
karbon monoksida, dan tekanan
darah ibu yang rendah akan menyebabkan asfiksia
pada janin. Gangguan aliran darah uterus dapat menyebabkan berkurangnya
pengaliran oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering ditemukan pada: gangguan
kontraksi uterus, misalnya hipertoni,
hipotoni atau tetani uterus
akibat penyakit atau obat: hipotensi
mendadak pada ibu karena perdarahan,
hipertensi pada penyakit akiomsia
dan lain-lain.
2. Faktor
Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas
dan kondisi plasenta. Asfiksia
janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya:
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel, dan perdarahan plasenta.
3. Faktor
Fetus
Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan terganggunya
aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus
dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan: tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir, dan lain-lain.
4. Faktor
Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru
lahir dapat terjadi oleh karena pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin, maupun karena trauma yang
terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intra kranial. Kelainan kongenital
pada bayi, misalnya hernia
diafrakmatika atresia atau stenosis
saluran pernafasan, hipoplasia paru
dan lain-lain.
5. Faktor
Persalinan
Partus lama dan partus karena tindakan dapat berpengaruh
terhadap gangguan paru-paru.
C.
Gejala
klinis
Tanda dan
Gejala Asfiksia Bayi Baru lahir Menurut Dewi (2011)
1. Asfiksia
Berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia
berat, bayi akan mengalami asidosis,
sehingga memerlukan perbaikan dan
resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai
berikut:
a. Frekuensi jantung kecil, yaitu <
40 kali per menit.
b. Tidak ada usaha panas.
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak
ada.
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi
jika diberikan rangsangan.
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai
berwarna kelabu.
f.
Terjadi
kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.
2. Asfiksia
Sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah
sebagai berikut:
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60
– 80 kali per menit.
b. Usaha panas lambat.
c. Tonus otot biasanya dalam keadaan
baik.
d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap
rangsangan yang diberikan.
e. Bayi tampak sianosis.
f.
Tidak
terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan.
3. Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah
sebagai berikut:
a. Takipnea dengan napas lebih dari 60
kali per menit.
b. Bayi tampak sianosis.
c. Adanya retraksi sela iga.
d. Bayi merintih (grunting).
e. Adanya pernapasan kuping hidung.
f.
Bayi
kurang aktivitas.
Untuk
menentukan tingkatan asfiksia,
apakah bayi mengalami asfiksia
berat, sedang atau ringan/ normal dapat dipakai penelitian apgar skor (Benson, 2010).
APGAR
score
A :
Apprearance = Rupa (warna kulit)
P :
Pulse =
Nadi
G :
Grimace = Menyeringai (akibat repleks kateter dalam
hidung)
A :
Activity = Keaktifan
R :
Respiration = Pernafasan
Dibawah ini tabel untuk menentukan
tingkat/derajat asfiksia yang
dialami bayi pada saat dia dilahirkan penilaian dilakukan pada menit pertama
dan menit kelima pada saat bayi lahir.
Nilai
APGAR
Tanda
|
0
|
1
|
2
|
Frekuensi
jantung
|
Tidak
ada
|
Kurang
dari 100/ menit
|
Lebih
dari 100/ menit
|
Usaha
napas
|
Tidak
ada
|
Lemah/tidak
teratur (slow irregular)
|
Baik/Menangis
kuat
|
Tonus
otot
|
Lumpuh
|
Ekstremitas
dalam fleksi sedikit
|
Gerakan
aktif
|
Reaksi
terhadap rangsangan
|
Tidak
ada
|
Sedikit
gerakan mimik (grimace)
|
Gerakan
kuat/ melawan
|
Warna
kulit
|
Pucat
|
Badan
merah, ektrimitas biru
|
Seluruh
tubuh kemerah-merahan
|
Sumber:
Benson (2010) Buku Saku Ilmu Kebidanan.
Keterangan nilai APGAR:
1) 7-10: Bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi
dalam keadaan normal.
2) 4-6: Bayi mengalami asfiksia sedang.
3) 0-3: Bayi mengalami asfiksia berat.
D.
Patofisiologi
Menurut Hasan
(2005), pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien). Proses
ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar
terjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan
teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi
adaptasi bayi dapat menanganinya.
Bila terdapat
gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan atau
persalinan, akan terjadiasfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel atau tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai
dengan suatu periode atau (Primary apnoea) disertai dengan penurunan frekuensi
jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang
kemudian diikuti oleh pernafasan teratur.
Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnue kedua (secondary apnoea). Pada tingkat ini di samping
bradikardia ditemukan pula penururnan tekanan darah
E.
Komplikasi
Komplikasi
yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1.
Edema
otak dan Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang
telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke
otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak
yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada
penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium
dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan
kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut
karena perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani
akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan
otak.
F.
Penatalaksanaan
Prinsip Resusitasi Menurut Hidayat (2008)
Merupakan tindakan dengan mempertahankan jalan napas agar
tetap baik, sehingga proses oksigenasi cukup agar sirkulasi darah tetap baik. Cara
mengatasi asfiksia adalah sebagai berikut.
1.
Asfiksia Ringan APGAR skor (7 – 10)
Cara mengatasinya:
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat
b. Bersihkan jalan napas dengan
menghisap lendir pada hidung kemudian mulut.
c. Bersihkan badan dan tali pusat
d. Lakukan observasi tanda vital,
pantau APGAR skor, dan masukan
kedalam incubator.
2.
Asfiksia Sedang APGAR skor (4 – 6)
Cara mengatasinya:
a. Bersikan jalan napas.
b. Berikan oksigen 2 liter per menit
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk
telapak kaki. Apabila belum ada reaksi,
bantu pernapasan dengan masker (ambubag)
d. Bila bayi sudah mulai bernapas
tetapi masih sianosis, berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. Dektrosa
40% sebanyak 4 cc disuntikan melalui vena umbilikus secara berlahan-lahan untuk
mencegah tekanan intrakranial meningkat.
3.
Asfiksia Berat APGAR skor (0 – 3)
Cara mengatasinya:
a.
Bersikan
jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
b.
Berikan
oksigen 4-5 liter per menit.
c.
Bila
tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT (endotracheal
tube).
d.
Bersikan
jalan napas dengan ETT.
e.
Apabila
bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis
berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. Selanjutnya berikan dekstrosa
40% sebanyak 4 cc.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Hari / Tanggal Pengkajian : Sabtu, 22 November 2014
Jam Pengkajian : 19.00
WITA
A.
DATA
SUBJEKTIF
1.
Identitas
Orang Tua
|
Ayah
|
Ibu
|
Nama
Umur
Suku/Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
|
Tn. W
29 Tahun
Bali/ Indonesia
Hindu
SLTA
Swasta
BR Kayu Padi Belantih Kintamani Bangli
|
Ny. S
25 Tahun
Bali/ Indonesia
Hindu
SLTA
Ibu Rumah Tangga
BR Kayu Padi Belantih Kintamani Bangli
|
2.
Keluhan
Utama : Ibu mengatakan bahwa
bayinya tampak kuning
dan masih bernafas cepat sejak saat lahir.
3.
Riwayat
Perjalanan Penyakit
Bayi
lahir pada tanggal 22 November 2014 pukul 02.20 WITA dengan cara normal di RSUD
Bangli. Bayi lahir dengan UK 38-39 minggu tidak segera menangis, sianosis
seluruh tubuh dapat baging dan O2, tangis (-), tonus otot lemah,
kulit kebiruan. Bayi dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar, setelah diobservasi
setiap 1 - 2 menit pada jam 07.00 WITA bayi dipindahkan ke ruang bayi. Bayi
dirawat di dalam inkubator dan menggunakan O2 agar dapat menjaga
kehangatan serta membantu pernapasan bayi. Bayi diberi terapi sesuai dengan
advis dokter.
4.
Riwayat
Pre Natal
Kehamilan ibu merupakan kehamilan pertama, ibu biasa
memeriksakan kehamilannya di Dokter, ibu mendapatkan imunisasi TT ketika umur kehamilan
24 minggu dan 28 minggu. Ibu dan suami menerima dengan baik terhadap
kehamilannya. Selama kehamilan ibu tidak merasakan keluhan yang mengganggu
kehamilannya.
5.
Riwayat
Intra Natal
Ibu
melahirkan pada Sabtu 22 November 2014 pukul 02.20 WITA secara normal di RSUD
Bangli dengan umur kehamilan 38-39 minggu. Ibu mengalami hipertensi pada saat
bersalin dan ibu mendapatkan terapi sesuai advis dokter.
6.
Riwayat
Post Natal
Selama masa nifas berjalan dengan normal, namun karena
ibu mengalami hipertensi saat persalinan ibu mendapatkan terapi untuk
menurunkan tekanan darah sesuai dengan advis dokter.
7.
Kebutuhan
Biologis, Psikologis dan Sosial
a.
Kebutuhan
Bilogis
Bayi belum diberikan ASI, masih menggunakan inkubator dan
oksigen, foto terapi, bayi belum BAB dan BAK sudah 1 kali, bayi istirahat
ketika tidur, bayi hanya diseka dan mengganti pakaian sesuai kebutuhan.
b.
Kebutuhan
Psikologis
Ibu senang terhadap kelahiran bayinya namun ibu cemas
karena keadaan bayinya saat ini.
c.
Kebutuhan
Sosial
Keluarga senang terhadap kelahiran bayinya dan ibu
mendapatkan pengetahuan tentang perawatan bayi dari tenaga kesehatan.
8.
Kebutuhan
Edukasi
a.
Menginformasikan
kepada ibu untuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
b.
Menginformasikan
kepada ibu untuk menjaga kebersihan bayinya.
B. DATA OBJEKTIF
Keadaan
umum bayi lemah, kesadaran compos mentis, tanda – tanda vital N = 142x/ m, T =
36,7˚ C, R = 68x/ m. Pemeriksaan antropometri BB = 2500 gram, PB = 43 cm, LK =
32 cm, LD = 33cm, LILA 8 cm.
Pemeriksaan Khusus
Muka :
Tampak kuning dan
pucat
Mata : Tampak simetris, seklera kuning, konjungtiva tidak pucat
Mulut :
Tidak tampak pucat
Dada :
Tampak tarikan dinding dada
Perut : Tidak tampak luka bekas operasi
Ekstrimitas : Tidak tampak sindaktil dan polidaktil
Genetalia : Penis berlubang, testis
sudah masuk kedalam skrotum
Anus : Anus berlubang
Pemeriksaan Penunjang
GDS 100 mgdl nilai
normal 75-115 mgdl
CRP 41,8 nilai
normal 0,00-5,00
IT Ratio 0,48 nilai
normal <0,2
WBC 24,4
HB 19 grdl
C. ANALISA DATA
1. Diagnosa Kebidanan :
Bayi S
Lahir Hari Ke- 1 Dengan BCB + SMK +
Asfiksia Berat +
Respiratoring Distress + Ec.Suspek SNAD + Ikterus Neonatorum + Suspek Breast
Feeding Jaundice
2. Masalah : Ibu cemas
3. Kebutuhan : KIE dan Health Education
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal / Jam
|
Penatalaksanaan
|
Paraf
|
22 November
2014
19.00 WITA
|
1. Melakukan
pemeriksaan TTV dan menginformasikan hasil pemeriksaan yaitu : N = 142x/ m, T
= 36,7˚ C, R = 68x/ m
“ Ibu mengetahui hasil pemeriksaan “
2.
Mengajarkan kepada ibu teknik
relaksasi dengan cara menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan agar
mengurangi kecemasan ibu.
“
Ibu mengetahui teknik relaksasi”
3.
Menginformasikan kepada ibu bahwa
bayi diberikan kehangatan didalam inkubator, diberikan O2 untuk
bantuan pernapasan bayi, diberikan foto terapi untuk penanganan kuning pada
bayi serta observasi keadaan umum bayi.
“ ibu mengerti dan sedikit mengurangi
kecemasan ibu“
4.
Menginformasikan kepada ibu bahwa
bayi belum bisa diberikan ASI karena keadaan bayi belum stabil, tetapi tetap
menganjurkan ibu untuk memeras ASInya untuk diberikan pada saat ada advis
dari dokter.
“Ibu
mengerti dan bersedia memeras ASI“
|
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal / Jam
|
Catatan perkembangan
|
Paraf
|
24 November 2014
Shift pagi
|
S : Terima operan dari dinas malam
O : N = 128x/ m, T
= 36,3˚C R = 65x/ m
A
: Bayi
S Lahir Hari Ke- 3 Dengan
BCB + SMK + Asfiksia Berat
+ Respiratoring Distress + Ec.Suspek SNAD + Ikterus Neonatorum + Suspek
Breast Feeding Jundice
P : Lanjutkan observasi
|
|
25 November 2014
Shift Siang
|
S : Terima operan dari dinas pagi
O : N = 140x/ m, T
= 36,8˚C, R = 48x/ m
A : Bayi S Lahir Hari Ke- 4
Dengan
BCB +
SMK + Asfiksia Berat + Respiratoring Distress + Ec.Suspek SNAD + Ikterus
Neonatorum + Suspek Breast Feeding Jundice
P : Lanjtkan observasi
|
|
26 November 2014
Shift Malam
|
S : Terima operan dari dinas siang
O : N = 140x/ m, T
= 36,8˚C, R = 48x/ m
A : Bayi S Lahir Hari Ke- 4
Dengan
BCB +
SMK + Asfiksia Berat + Respiratoring Distress + Ec.Suspek SNAD + Ikterus
Neonatorum + Suspek Breast Feeding Jundice
P : Lanjtkan observasi
|
|
28 November 2014
Shift siang
|
S : Terima operan dari dinas pagi
O : N = 135x/ m, T
= 36,5˚C, R = 54x/ m
A : Bayi S Lahir Hari Ke- 6
Dengan
BCB +
SMK + Asfiksia Berat + Respiratoring Distress + Ec.Suspek SNAD + Ikterus
Neonatorum + Suspek Breast Feeding Jundice
P : Lanjtkan observasi
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru
lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat
gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama
atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007)
Penyebab
terjadinya Asfiksia menurut (DepKes RI, 2009) : Faktor ibu, faktor
bayi, dan faktor tali pusat.Gejal
klinis Asfiksia
berat nilai APGAR 0-3, Asfiksia sedang nilai APGAR 4-6, dan Asfiksia ringan
nilai APGAR 7-10 (Dewi,2010).
Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar
CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut
jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
(A.H Markum,,2005). Komplikasi yang akan terjadi edema otak, kejang
sampai koma, hiperbilirubinemia, dan anuria atau oligouria.
Bayi lahir pada tanggal 22 November 2014 pukul 02.20 WITA
dengan cara normal di RSUD Bangli. Bayi lahir dengan UK 38-39 minggu tidak
segera menangis, sianosis seluruh tubuh dapat baging dan O2, tangis
(-), tonus otot lemah, kulit kebiruan. Bayi dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar,
setelah diobservasi setiap 1 - 2 menit pada jam 07.00 WITA bayi dipindahkan ke
ruang bayi. Bayi dirawat di dalam inkubator dan menggunakan O2 agar
dapat menjaga kehangatan serta membantu pernapasan bayi. Bayi juga mendapatkan
foto terapi karena bayi mengalami ikterus neonatorum. Bayi diberi terapi sesuai
dengan advis dokter.
Setelah dirawat selama 2 hari, pada hari ke 3 sesuai
dengan advis dokter bayi sudah bisa
diberikan nutrisi tambahan yaitu ASI dengan jumlah 8 ml per 8 jam. Bayi
menerima dengan baik nutrisi yang diberikan melalui oral gastric tube (OGT),
namun pada hari ke 4 bayi sudah bisa diberikan tanpa menggunakan OGT. Selama di
ruang perawatan, bayi diobservasi keadaan umum serta tanda-tanda vital.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada
Bayi baru
lahir dengan BCB + SMK + asfiksia berat + respiratoring distress + ec.suspek
SNAD + ikterus neonatorum + suspek breast feeding jaundice mulai dari anamnesa, pemeriksaan
fisik, laboratorium, analisa data serta penatalaksanaan sesuai dengan teori
yang ada.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Asfiksia
adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,
2007)
2. Bayi lahir pada tanggal 22 November 2014 pukul 02.20
dirawat di ruang bayi RSUP Sanglah Denpasar, rujukan dari RSUD Bangli karena
bayi tidak segera menangis dan kulit kebiruan. Bayi dirawat di dalam inkubator,
menggunakan O2 dan foto terapi serta bayi terus di observasi dan
mendapatkan terapi sesuai dengan advis dokter.
3. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada
Bayi baru
lahir dengan BCB + SMK + asfiksia berat + respiratoring distress + ec.suspek
SNAD + ikterus neonatorum + suspek breast feeding jaundice mulai dari anamnesa, pemeriksaan
fisik, laboratorium, analisa data serta penatalaksanaan sesuai dengan teori
yang ada.
B.
Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan
dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa
yang akan datang.
2.
Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan
asuhan kebidanan khususnya pada bayi baru lahir dengan BCB +
SMK + asfiksia berat + respiratoring distress + ec.suspek SNAD + ikterus
neonatorum + suspek breast feeding jaundice.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan
mahasiswa dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada pada bayi baru
lahir dengan BCB + SMK + asfiksia berat + respiratoring distress + ec.suspek
SNAD + ikterus neonatorum + suspek breast feeding jaundice.
4.
Bagi Klien
Diharapkan
klien dapat mengetahui dan
mengerti asuhan yang diberikan kepada bayinya serta pengetahuan tentang
perawatan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah, A. (2006). Asfiksia Neonatorum. In Ilmu Kebidanan Edisi
3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
BinaPustaka.Saminem.2010. Dokumentasi
Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC.
Dewi, V.N.L. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Maternal dan
Neonatal.Jakarta :
PT bina Pustaka.
Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmukebidanan. Jakarta : PT
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan
KebidananPada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar