Selasa, 10 Mei 2016

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BCB + SMK + ASFIKSIA BERAT + RESPIRATORING DISTRESS + EC. SUSPEK SNAD + IKTERUS NEONATORUM + SUSPEK BREAST FEEDING JAUNDICE DI RUANG CEMPAKA BARAT RSUP SANGLAH DENPASAR



LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BCB + SMK + ASFIKSIA BERAT + RESPIRATORING DISTRESS + EC. SUSPEK SNAD + IKTERUS NEONATORUM + SUSPEK BREAST FEEDING JAUNDICE DI RUANG CEMPAKA BARAT RSUP SANGLAH DENPASAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan Di Ruang Poliklinik Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan praktik klinik kebidanan yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Yayasan Indah Sari Mulia Banjarmasin
2.      Anggrita Sari, S.Si.T.,M.Pd.,M.Kes sebagai Direktur Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
3.      Nurul hidayah,SST selaku bagian Praktik Klinik Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
4.   Miftahul Jannatus Soraya, SST sebagai Pembimbing Pendidikan (CT) Di Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
5.    Ni Ketut Sunarti, SST sebagai pembimbing lahan praktik (CI) Di Ruang Poliklinik Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar
6.      Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan dalam laporan ini
Yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memb/erikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iv         
DAFTAR ISI   .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
          A.Latar Belakang................................................................................. 1          
          B.Tujuan.............................................................................................. 2          
          C.Manfaat    .......................................................................................  3
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 5          
          A.Pengertian .......................................................................................  5
          B.Etiologi............................................................................................. 5
          C.Gejala Klinis..................................................................................... 6
          D.Patofisiologi...................................................................................... 9
          E.Komplikasi....................................................................................... 9
          H.Penatalaksanaan.............................................................................. 10
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................... 12
          A.Data Subjektif................................................................................. 12
          B. Objective Data............................................................................... 14
          C.Assesment....................................................................................... 15
          D.Planning.......................................................................................... 15         
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 19
BAB V PENUTUP....................................................................................... 21
          A.Kesimpulan..................................................................................... 21
          B.Saran  ............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................  23

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Dua hal yang banyak menentukan penurunan kematian perinatal ialah tingkat kesehatan serta gizi wanita dan mutu pelayanan kebidanan yang tinggi d
Menurut  Laporan  dari  organisasi  kesehatan  dunia  yaitu  World Health  Organization  (WHO)  bahwa  setiap  tahunnya, kira-kira  3%  (3,6  juta) dari 120 juta  bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa bayi baru lahir (usia dibawah 1 bulan) dan setiap 6 menit terdapat 1 bayi  baru  lahir  yang  meninggal.  Penyebab  kematian  bayi  baru  lahir  di Indonesia  adalah bayi berat lahir rendah  (29%), asfiksia (27%)  dan lain-lain 44% (JNPK-KR, 2008).
Angka  kematian  bayi  dan  balita  untuk  periode  lima  tahun  (2008  – 2012) bahwa semua Angka kematian bayi dan balita hasil  Survey Demografi dan  Kesehatan  Indonesia  (SDKI)  tahun  2012  lebih  rendah  dari  pada  hasil SDKI  2007.  Angka  kematian  bayi  hasil  SDKI  2012  adalah  32  kematian  per 1000  kelahiran  hidup  dan  kematian  balita  adalah  40  kematian  per  1000 kelahiran  hidup  dan  mayoritas  kematian  bayi  terjadi  pada  neonatus.  Pada tahun  2012  Angka  kematian  bayi  tertinggi  di  Indonesia  diduduki  oleh Gorontalo dan  Papua Barat  dengan  jumlah kematian 67 jiwa dan 74 jiwa  dari 1.283 jiwa (SDKI, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul Laporan Kasus Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan BCB + SMK + Asfiksia Berat di Ruang Cendrawasih RSUD Banjarbaru.

B.     Tujuan
1.        Tujuan Umum
Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi kandidat bidan dalam mengaplikasikan ilmu diperkuliahan agar menjadi bidan yang profesional.

2.        Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mengetahui pengkajian secara sistematis yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan BCB + SMK + Asfiksia Berat di Ruang Cendrawasih RSUD Banjarbaru.
b.    Mahasiswa mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan BCB + SMK + Asfiksia Berat di Ruang Cendrawasih RSUD Banjarbaru.
c.    Mahasiswa mengetahui diagnosis pada bayi baru lahir dengan BCB + SMK + Asfiksia Berat di Ruang Cendrawasih RSUD Banjarbaru.
d.    Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan pada bayi baru lahir dengan BCB + SMK + Asfiksia Berat di Ruang Cendrawasih RSUD Banjarbaru.



C.     Manfaat
1.        Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2.        Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan BCB + SMK + Asfiksia Berat.
3.        Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan BCB + SMK + Asfiksia Berat.
4.        Bagi Klien
Ibu dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan kepada bayinya serta pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir dengan asfiksia berat.

 

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.       Pengertian
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas, sehingga dapat menurunkan O2  dan makin meningkatkan CO2  yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2010).
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal  bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2011).

B.     Etiologi
Penyebab terjadinya Asfiksia menurut Proverawati (2010)
1.      Faktor Ibu
Oksigenisasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anastesi, penyakit jantung, sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, dan tekanan darah ibu yang rendah akan menyebabkan asfiksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus dapat menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering ditemukan pada: gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat: hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2.      Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya: plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel, dan perdarahan plasenta.
3.      Faktor Fetus
Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan: tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, dan lain-lain.
4.      Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh karena pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin, maupun karena trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intra kranial. Kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia atau stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
5.      Faktor Persalinan
Partus lama dan partus karena tindakan dapat berpengaruh terhadap gangguan paru-paru.

C.     Gejala klinis
Tanda dan Gejala Asfiksia Bayi Baru lahir Menurut Dewi (2011)
1.      Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan  dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut:
a.       Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit.
b.      Tidak ada usaha panas.
c.       Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d.      Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
e.       Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f.        Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.
2.      Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
a.       Frekuensi jantung menurun menjadi 60 – 80 kali per menit.
b.      Usaha panas lambat.
c.       Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
d.      Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
e.       Bayi tampak sianosis.
f.        Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan.
3.       Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut:
a.       Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit.
b.      Bayi tampak sianosis.
c.       Adanya retraksi sela iga.
d.      Bayi merintih (grunting).
e.       Adanya pernapasan kuping hidung.
f.        Bayi kurang aktivitas.
Untuk menentukan tingkatan asfiksia, apakah bayi mengalami asfiksia berat, sedang atau ringan/ normal dapat dipakai penelitian apgar skor (Benson, 2010).
APGAR score
A   : Apprearance   = Rupa (warna kulit)
P    : Pulse              = Nadi
G   : Grimace          = Menyeringai (akibat repleks kateter dalam 
   hidung)
A   : Activity           = Keaktifan
R    : Respiration     = Pernafasan
Dibawah ini tabel untuk menentukan tingkat/derajat asfiksia yang dialami bayi pada saat dia dilahirkan penilaian dilakukan pada menit pertama dan menit kelima pada saat bayi lahir.

Nilai APGAR
Tanda
0
1
2
Frekuensi jantung
Tidak ada
Kurang dari 100/ menit
Lebih dari 100/ menit
Usaha napas
Tidak ada
Lemah/tidak teratur (slow irregular)
Baik/Menangis kuat
Tonus otot
Lumpuh
Ekstremitas dalam fleksi sedikit
Gerakan aktif
Reaksi terhadap rangsangan
Tidak ada
Sedikit gerakan mimik (grimace)
Gerakan kuat/ melawan
Warna kulit
Pucat
Badan merah, ektrimitas biru
Seluruh tubuh kemerah-merahan
                                    Sumber: Benson (2010) Buku Saku Ilmu Kebidanan.

Keterangan nilai APGAR:
1)      7-10: Bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keadaan normal.
2)      4-6: Bayi mengalami asfiksia sedang.
3)      0-3: Bayi mengalami asfiksia berat.
  

D.      Patofisiologi
Menurut Hasan (2005), pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien). Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat menanganinya.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan atau persalinan, akan terjadiasfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel atau tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode atau (Primary apnoea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur.
Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua (secondary apnoea). Pada tingkat ini di samping bradikardia ditemukan pula penururnan tekanan darah

E.   Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1.        Edema otak dan Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
2.      Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3.      Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4.      Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan otak.

F.   Penatalaksanaan
Prinsip Resusitasi Menurut Hidayat (2008)
Merupakan tindakan dengan mempertahankan jalan napas agar tetap baik, sehingga proses oksigenasi cukup agar sirkulasi darah tetap baik. Cara mengatasi asfiksia adalah sebagai berikut.
1.        Asfiksia Ringan APGAR skor (7 – 10)
Cara mengatasinya:
a.       Bayi dibungkus dengan kain hangat
b.      Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut.
c.       Bersihkan badan dan tali pusat
d.      Lakukan observasi tanda vital, pantau APGAR skor, dan masukan kedalam incubator.
2.      Asfiksia Sedang APGAR skor (4 – 6)
Cara mengatasinya:
a.       Bersikan jalan napas.
b.      Berikan oksigen 2 liter per menit
c.       Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila belum  ada reaksi, bantu pernapasan dengan masker (ambubag)
d.      Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. Dektrosa 40% sebanyak 4 cc disuntikan melalui vena umbilikus secara berlahan-lahan untuk mencegah  tekanan intrakranial meningkat.
3.      Asfiksia Berat APGAR skor (0 – 3)
Cara mengatasinya:
a.       Bersikan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
b.      Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
c.       Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT (endotracheal tube).
d.      Bersikan jalan napas dengan ETT.
e.       Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. Selanjutnya berikan dekstrosa 40% sebanyak 4 cc.



BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari / Tanggal Pengkajian         : Sabtu, 22 November 2014
Jam Pengkajian                        : 19.00 WITA
A.       DATA SUBJEKTIF
1.      Identitas                                                                                
   Orang Tua    
Ayah
Ibu
Nama
Umur
Suku/Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tn. W
29 Tahun
Bali/ Indonesia
Hindu
SLTA
Swasta
BR Kayu Padi Belantih Kintamani Bangli
Ny. S
25 Tahun
Bali/ Indonesia
Hindu
SLTA
Ibu Rumah Tangga
BR Kayu Padi Belantih Kintamani Bangli










2.      Keluhan Utama          : Ibu mengatakan bahwa bayinya tampak kuning
                                    dan masih bernafas cepat sejak saat lahir.


3.      Riwayat Perjalanan Penyakit
Bayi lahir pada tanggal 22 November 2014 pukul 02.20 WITA dengan cara normal di RSUD Bangli. Bayi lahir dengan UK 38-39 minggu tidak segera menangis, sianosis seluruh tubuh dapat baging dan O2, tangis (-), tonus otot lemah, kulit kebiruan. Bayi dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar, setelah diobservasi setiap 1 - 2 menit pada jam 07.00 WITA bayi dipindahkan ke ruang bayi. Bayi dirawat di dalam inkubator dan menggunakan O2 agar dapat menjaga kehangatan serta membantu pernapasan bayi. Bayi diberi terapi sesuai dengan advis dokter.
4.   Riwayat Pre Natal
Kehamilan ibu merupakan kehamilan pertama, ibu biasa memeriksakan kehamilannya di Dokter, ibu mendapatkan imunisasi TT ketika umur kehamilan 24 minggu dan 28 minggu. Ibu dan suami menerima dengan baik terhadap kehamilannya. Selama kehamilan ibu tidak merasakan keluhan yang mengganggu kehamilannya.

5.      Riwayat Intra Natal
Ibu melahirkan pada Sabtu 22 November 2014 pukul 02.20 WITA secara normal di RSUD Bangli dengan umur kehamilan 38-39 minggu. Ibu mengalami hipertensi pada saat bersalin dan ibu mendapatkan terapi sesuai advis dokter.

6.        Riwayat Post Natal
Selama masa nifas berjalan dengan normal, namun karena ibu mengalami hipertensi saat persalinan ibu mendapatkan terapi untuk menurunkan tekanan darah sesuai dengan advis dokter.

7.         Kebutuhan Biologis, Psikologis dan Sosial
a.    Kebutuhan Bilogis
Bayi belum diberikan ASI, masih menggunakan inkubator dan oksigen, foto terapi, bayi belum BAB dan BAK sudah 1 kali, bayi istirahat ketika tidur, bayi hanya diseka dan mengganti pakaian sesuai kebutuhan.
b.    Kebutuhan Psikologis
Ibu senang terhadap kelahiran bayinya namun ibu cemas karena keadaan bayinya saat ini.
c.    Kebutuhan Sosial
Keluarga senang terhadap kelahiran bayinya dan ibu mendapatkan pengetahuan tentang perawatan bayi dari tenaga kesehatan.

8.      Kebutuhan Edukasi
a.    Menginformasikan kepada ibu untuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
b.    Menginformasikan kepada ibu untuk menjaga kebersihan bayinya.

B.       DATA OBJEKTIF

Keadaan umum bayi lemah, kesadaran compos mentis, tanda – tanda vital N = 142x/ m, T = 36,7˚ C, R = 68x/ m. Pemeriksaan antropometri BB = 2500 gram, PB = 43 cm, LK = 32 cm, LD = 33cm, LILA 8 cm.
Pemeriksaan Khusus
Muka          :  Tampak kuning dan pucat
Mata           :  Tampak simetris, seklera  kuning, konjungtiva tidak pucat
Mulut          :  Tidak tampak pucat
Dada           :  Tampak tarikan dinding dada
Perut           :  Tidak tampak luka bekas operasi
Ekstrimitas :  Tidak tampak sindaktil dan polidaktil
Genetalia     :  Penis berlubang, testis sudah masuk kedalam skrotum
Anus           :  Anus berlubang
Pemeriksaan Penunjang
GDS 100 mgdl      nilai normal       75-115 mgdl
CRP 41,8              nilai normal       0,00-5,00
IT Ratio 0,48         nilai normal       <0,2
WBC 24,4
HB 19 grdl

C.       ANALISA DATA

1.    Diagnosa Kebidanan     : Bayi S Lahir Hari Ke- 1 Dengan BCB + SMK +
Asfiksia Berat + Respiratoring Distress + Ec.Suspek SNAD + Ikterus Neonatorum + Suspek Breast Feeding Jaundice
2.    Masalah                        : Ibu cemas
3.    Kebutuhan                    : KIE dan Health Education

D.   PENATALAKSANAAN

Tanggal / Jam
Penatalaksanaan
Paraf
22 November 2014
19.00 WITA
1. Melakukan pemeriksaan TTV dan menginformasikan hasil pemeriksaan yaitu : N = 142x/ m, T = 36,7˚ C, R = 68x/ m
“ Ibu mengetahui hasil pemeriksaan “
2.    Mengajarkan kepada ibu teknik relaksasi dengan cara menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan agar mengurangi kecemasan ibu.
“ Ibu mengetahui teknik relaksasi”
3.    Menginformasikan kepada ibu bahwa bayi diberikan kehangatan didalam inkubator, diberikan O2 untuk bantuan pernapasan bayi, diberikan foto terapi untuk penanganan kuning pada bayi serta observasi keadaan umum bayi.
“ ibu mengerti dan sedikit mengurangi kecemasan ibu“
4.   Menginformasikan kepada ibu bahwa bayi belum bisa diberikan ASI karena keadaan bayi belum stabil, tetapi tetap menganjurkan ibu untuk memeras ASInya untuk diberikan pada saat ada advis dari dokter.
“Ibu mengerti dan bersedia memeras ASI“




CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal / Jam
Catatan perkembangan
Paraf
24 November 2014
Shift pagi
S : Terima operan dari dinas malam
O : N = 128x/ m, T = 36,3˚C R = 65x/ m
A : Bayi S Lahir Hari Ke- 3 Dengan
BCB + SMK + Asfiksia Berat + Respiratoring Distress + Ec.Suspek SNAD + Ikterus Neonatorum + Suspek Breast Feeding Jundice
P : Lanjutkan observasi

25 November 2014
Shift Siang
S : Terima operan dari dinas pagi
O : N = 140x/ m, T = 36,8˚C, R = 48x/ m
A : Bayi S Lahir Hari Ke- 4 Dengan
BCB + SMK + Asfiksia Berat + Respiratoring Distress + Ec.Suspek SNAD + Ikterus Neonatorum + Suspek Breast Feeding Jundice
P : Lanjtkan observasi

26 November 2014
Shift Malam
S : Terima operan dari dinas siang
O : N = 140x/ m, T = 36,8˚C, R = 48x/ m
A : Bayi S Lahir Hari Ke- 4 Dengan
BCB + SMK + Asfiksia Berat + Respiratoring Distress + Ec.Suspek SNAD + Ikterus Neonatorum + Suspek Breast Feeding Jundice
P : Lanjtkan observasi

28 November 2014
Shift siang
S : Terima operan dari dinas pagi
O : N = 135x/ m, T = 36,5˚C, R = 54x/ m
A : Bayi S Lahir Hari Ke- 6 Dengan
BCB + SMK + Asfiksia Berat + Respiratoring Distress + Ec.Suspek SNAD + Ikterus Neonatorum + Suspek Breast Feeding Jundice
P : Lanjtkan observasi



BAB IV
PEMBAHASAN
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007)
Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (DepKes RI,  2009) : Faktor ibu, faktor bayi, dan faktor tali pusat.Gejal klinis Asfiksia berat nilai APGAR 0-3, Asfiksia sedang nilai APGAR 4-6, dan Asfiksia ringan nilai APGAR 7-10 (Dewi,2010).
Patofisiologi Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. (A.H Markum,,2005). Komplikasi yang akan terjadi edema otak, kejang sampai koma, hiperbilirubinemia, dan anuria atau oligouria.
Bayi lahir pada tanggal 22 November 2014 pukul 02.20 WITA dengan cara normal di RSUD Bangli. Bayi lahir dengan UK 38-39 minggu tidak segera menangis, sianosis seluruh tubuh dapat baging dan O2, tangis (-), tonus otot lemah, kulit kebiruan. Bayi dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar, setelah diobservasi setiap 1 - 2 menit pada jam 07.00 WITA bayi dipindahkan ke ruang bayi. Bayi dirawat di dalam inkubator dan menggunakan O2 agar dapat menjaga kehangatan serta membantu pernapasan bayi. Bayi juga mendapatkan foto terapi karena bayi mengalami ikterus neonatorum. Bayi diberi terapi sesuai dengan advis dokter.
Setelah dirawat selama 2 hari, pada hari ke 3 sesuai dengan advis dokter  bayi sudah bisa diberikan nutrisi tambahan yaitu ASI dengan jumlah 8 ml per 8 jam. Bayi menerima dengan baik nutrisi yang diberikan melalui oral gastric tube (OGT), namun pada hari ke 4 bayi sudah bisa diberikan tanpa menggunakan OGT. Selama di ruang perawatan, bayi diobservasi keadaan umum serta tanda-tanda vital.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Bayi baru lahir dengan BCB + SMK + asfiksia berat + respiratoring distress + ec.suspek SNAD + ikterus neonatorum + suspek breast feeding jaundice mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, analisa data serta penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada.

 
BAB V
PENUTUP
A.     Kesimpulan
1.      Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007)
2.      Bayi lahir pada tanggal 22 November 2014 pukul 02.20 dirawat di ruang bayi RSUP Sanglah Denpasar, rujukan dari RSUD Bangli karena bayi tidak segera menangis dan kulit kebiruan. Bayi dirawat di dalam inkubator, menggunakan O2 dan foto terapi serta bayi terus di observasi dan mendapatkan terapi sesuai dengan advis dokter.
3.      Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Bayi baru lahir dengan BCB + SMK + asfiksia berat + respiratoring distress + ec.suspek SNAD + ikterus neonatorum + suspek breast feeding jaundice mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, analisa data serta penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada.

B.     Saran
1.      Bagi Institusi
Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2.      Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan khususnya pada bayi baru lahir dengan BCB + SMK + asfiksia berat + respiratoring distress + ec.suspek SNAD + ikterus neonatorum + suspek breast feeding jaundice.
3.      Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada pada bayi baru lahir dengan BCB + SMK + asfiksia berat + respiratoring distress + ec.suspek SNAD + ikterus neonatorum + suspek breast feeding jaundice.
4.      Bagi Klien
Diharapkan klien dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan kepada bayinya serta pengetahuan tentang perawatan bayi.


DAFTAR PUSTAKA
Aminullah, A. (2006). Asfiksia Neonatorum. In Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
BinaPustaka.Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC.
Dewi, V.N.L. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Maternal dan Neonatal.Jakarta : PT bina Pustaka.
Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka     Cipta
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmukebidanan. Jakarta : PT
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan KebidananPada Ibu    Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar