Selasa, 10 Mei 2016

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN G3P2A0 39 MINGGU DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT DAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG VK BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan Di Ruang VK Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan praktik klinik kebidanan yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Yayasan Indah Sari Mulia Banjarmasin
2.      Anggrita Sari, S.Si.T.,M.Pd.,M.Kes sebagai Direktur Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
3.      Nurul hidayah,SST selaku bagian Praktik Klinik Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
4.      Zulliati, SST sebagai Pembimbing Pendidikan (CT) Di Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
5.      Nurhasanah, SST sebagai pembimbing lahan praktik (CI) Di Ruang VK Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin
6.      Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan dalam laporan ini
Yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.

Banjarmasin, Januari 2015

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan infeksi dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Indonesia kini menjadi salah satu dari 13 negara dengan angka kematian ibu tertinggi di dunia. Menurut WHO (2010) sekitar 287.000 ibu meninggal karena komplikasi  kehamilan  dan  kelahiran  anak,  seperti  perdarahan  28%, preeklampsi/eklampsi  24%,  infeksi  11%,  dan  penyebab  tidak  langsung  (trauma obstetri) 5%. Dan sebagian besar kasus kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara berkembang  termasuk  Indonesia  (WHO,  2011). Data angka kematian bayi (AKB) menurut World Health Organization (WHO) ialah sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Selain angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) juga masih tinggi, 32 per 1.000 kelahiran hidup. Banyak  faktor  penyebab kematian  ibu  diantaranya  adalah  perdarahan  nifas  sekitar  26,9%, eklampsia  saat  bersalin  23%,  infeksi  11%,  komplikasi  puerpurium  8%, trauma obstetrik 5%, emboli obstetrik 8%, aborsi 8 % dan lain-lain 10,9%  (Depkes RI, 2011).
Pada saat penulis melakukan praktik klinik kebidanan di VK Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin selama kurang lebih 2 minggu, penulis menemui 7 kasus ibu bersalin dengan preeklampsia, 6 kasus ibu bersalin dengan preeklampsia berat, 1 kasus ibu bersalin dengan preeklampsia ringan kemudian mendadak kejang. berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul laporan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsi berat.

B.     Tujuan
1.        Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kasus preeklampsia berat.
2.        Tujuan Khusus
a.    Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif secara sistematis yang dilakukan pada pasien dengan Preeklampsia berat di Ruang VK Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin.
b.    Melakukan penegakkan diagnosa dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif yang dilakukan pada pasien dengan Preeklampsia berat di Ruang VK Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin.
c.    Melakukan penatalaksanaan pada pasien dengan Preeklampsia berat di Ruang VK Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin.
d.   Evaluasi pada pasien dengan Preeklampsia berat di Ruang VK Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin.

C.    Manfaat
1.        Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2.        Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat.
3.        Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan preeklampsia berat.
4.        Klien
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama proses persalinan dengan preeklampsi berat.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu (APN, 2007).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2009).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan  sendiri) (Manuaba, 2010).
Preeklampsia (PE) adalah gangguan yang terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria (Silasi Michele, 2010). Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1.      Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih.
2.      Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif.
3.      Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
4.      Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
5.      Edema paru dan sianosis (Ilmu Kebidanan : 2005).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009).
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai proteiuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(Asuhan Kebidanan IV:2010).
Jadi, preeklampsia berat adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg disertai proteinuria > 5 gr/24 jam atau oedem yang terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

B.     Etiologi
Penyebab pasti terjadinya pre-eklampsi masih belum diketahui. Penyakit ini dianggap sebagai sesuatu “Maladaptation syndrome” dengan akibat suatu vasospasme general dengan segala akibatnya (Abadi et al, 2008; Shah, 2009).
Preeklampsi dikaitkan dengan komponen genetik, meskipun mekanisme aktual masih diperdebatkan. Pre eklamsi juga dikaitkan dengan mekanisme plasentasi, namun pre eklamsi tidak selalu muncul pada keadaan patologis plasenta (Abadi et al, 2008; Wilson, 2004).

C.    Patofisiologi
Patofisiologi pre-eklamsi merupakan suatu disfungsi/ kerusakan sel endotel vaskuler secara menyeluruh dengan penyebab multifaktor, seperti: imunologi, genetik, nutrisi (misalnya defisiensi kalsium) dan lipid peroksidasi. Kemudian berlanjut dengan gangguan keseimbangan hormonal prostanoid yaitu peningkatan vasokonstriktor (terutama tromboxan) dan penurunan vasodilator (prostasiklin), peningkatan sensitivitas terhadap vasokonstriktor agregasi platelet (trombogenik), koagulopati dan aterogenik. Perubahan level seluler dan biomolekuler di atas telah dideteksi pada umur kehamilan 18-20minggu, selanjutnya sekurang-kurangnya umur kehamilan 24 minggu dapat diikuti perubahan/ gejala klinis seperti hipertensi, oedema dan proteiuria.
Awalnya adalah defisiensi invasi sel-sel trofoblas atas arteri spiralis pada plasenta yang dimediasi/ dipengaruhi proses imunologis, dan hal ini mengakibatkan gangguan perfusi unit fetoplasental. (Abadi et al, 2008)

D.    MANIFESTASI KLINIS
Kehamilan 20 minggu atau lebih dengan tanda-tanda:
1.      Desakan darah sistolik ≥160 mmHg, diastolik ≥110 mmHg. Desakan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring
2.      Protein urine ≥5 gram/ 24jam atau kualitatif 4+ (++++).
3.      Oliguri jumlah produksi urine  500cc/ 24jam atau disertai kenaikan kadar kreatinin darah.
4.      Adanya gejala-gejala eklampsia impending: gangguan visus, gangguan serebral, nyeri epigastrium, hiper refleksia.
5.      Adanya sindroma HELLP (Hemolysis Elevated Liver enzyme Low Platelet) (Abadi et al, 2008).

E.     Faktor Resiko
Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005), faktor resiko pre- eklamsia berat adalah :
1.      Riwayat Preeklampsia
2.      Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
3.      Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu)
4.      Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi kembar atau lebih.
5.      Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis atau lupus.

F.     Diagnosis
Diagnosis di tegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat sebagaimana tercantum di bawah:
1.      Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 110 mmHg.
2.      Protein uria lebih dari positif 2 (++)
3.      Oliguria yaitu produksi urine kurang dari 400 cc/ 24 jam
4.      Edema paru : Nafas pendek, sianosis, ronkhi +
5.      Nyeri daerah epigastrium
6.      Gangguan penglihatan
7.       Nyeri kepala hebat (maternal & neonatal, 2007).
8.       Terdapat mual sampai muntah (Manuaba, 2010).

G.    Macam-Macam Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu:
1.      Hipertensi kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang diukur setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi duduk) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
2.      Preeklamsia-Eklamsia: peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam air seni (proteinuria). Eklamsia: preeklamsia yang disertai dengan kejang.
3.      Preeklamsia superimposed pada hipertensi kronik: preeklamsia yang terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil.
4.      Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul pada trimester akhir kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan tanda preeklamsia, bersifat sementara dan tekanan darah kembali normal setelah melahirkan (postpartum). Hipertensi gestasional berkaitan dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa yang akan datang.

H.    Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medicinal dan perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medicinal (AYeyeh.R, 2011). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1.      Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif dilakukan pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees test (NST) dan ultrasonograft (USG), dengan indikasi (salah satu atau lebih), yakni :
a.       Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).
b.      Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra uterine growth retardation (IUGR)
c.       Hasil laboratorium
Adanya HELLP sindrom (haemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia).
2.      Penanganan kejang
a.       Beri obat antikonvulsan
b.      Pelengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker oksigen, oksigen)
c.       Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
d.      Aspirasi mulut dan tenggorokan
e.       Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
f.       Beri O2 4-6 liter/menit
3.      Penanganan umum
a.       Jika tekanan diastolik >110 mmHg, berikan anti hipertensi, sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
b.      Pasang infus RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c.       Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
d.      Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
e.       Jika jumlah urine <30 ml per jam : 
1)      Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
2)      Pantau kemungkinan edema paru
f.       Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
g.      Observasi tanda-tanda vital, reflex, dan DJJ setiap jam
h.      Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru (Maternal dan Neonatal, 2010)
4.      Pengobatan dengan MgSO4
a.       Dosis awal
1)      MgSO4 4gr IV sebagai larutan 20% 5 menit
2)      Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5gr IM dengan 1 ml ligonain 2%
b.      Dosis Pemeliharaan
1)      MgSO4 (50%) 5gr + ligonokain 2% 1 ml IM setiap 4 jam
2)      Sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir (Maternal dan Neonatal, 2007).
5.      Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara terminasi terhadap kehamilan yang belum inpartu, yaitu :
a.       Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
b.      Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal assessment jelek. Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop < 5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitocyn; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
 


BAB IV
PEMBAHASAN
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan post partum. Pada hari Senin 22 Desember 2014, Ny. E datang ke VK Bersalin bersama dengan suami dan bidan rujukan dari Puskesmas karena ibu mengalami tanda-tanda persalinan dengan preeklampsia berat. Ibu mengatakan hamil anak ketiga ±9 bulan, ibu mengeluh nyeri perut menjalar sampai ke pinggang sejak tadi pagi pukul 06.00 WITA, ada keinginan untuk mengedan, keluar air-air sejak pukul 07.00 WITA.
Diagnosis di tegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat yaitu tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 110 mmHg, protein uria lebih dari positif 2 (++), oliguria yaitu produksi urine kurang dari 400 cc/ 24 jam, edema paru : nafas pendek, sianosis, ronkhi (+), nyeri daerah epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala hebat (maternal & neonatal, 2007), serta terdapat mual sampai muntah (Manuaba, 2010). Pada hasil pemeriksaan diketahui keadaan umum pada tekanan darah ibu 200/170 mmHg, TFU 28 cm, PU-KA, Presentasi kepala, DJJ 144x/m, HIS 2x10’/40’’, VT portio teraba tipis, pembukaan 10 cm, titik penunjuk UUK, Hodge IV dan Protein urine positif (+++), pengeluaran urine 500 cc. Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif secara sistematis diagnosis ibu adalah Ny. E GIIIPIIA0 hamil 39 minggu inpartu kala II dengan Preeklampsia Berat.
Prosedur tetap pemberian MgSO4, Dosis awal : 4 gram MgSO4 40% atau 20%. Cara pemberian : 10 ml MgSO4 40% atau 20ml MgSO4 20% dilarutkan dalam 100 ml NS atau DS %. Diberikan secara tetesan cepat dalam waktu 20 menit.  Dosis maintenance : gram MgSO4 diberiakn dalam waktu 6 jam, diberikan secara tetesan infus (drip). Cara pemberian : 15 ml MgSO4 40% atau 30 ml MgSO4 20% dilarutkan dalam 500 ml Rl atau DS%. Diberikan dalam tetesan, 20 tetes/menit. Antihipertensi lini pertama : Nifedipine Dosis 10-20 mg per oral diulangi setelah 30 menit maksimum 120 mg dalam 24 jam. Berkolaborasi dengan dokter, diberikan terapi MgSO4 4% dalam D5% 100 ml, Ibu diberikan terapi Nifedipine 10 mg per oral dan Methyldopa 250 mg untuk menurunkan tekanan darah. Kemudian ibu dipimpin bersalin sesuai dengan APN 60. Bayi lahir spontan belakang kepala, AS 7-8-9, pukul 11.54 WITA JK : perempuan, BB 2500 gram, PB 47 cm. Setelah bersalin ibu diberikan Drip Oxytosin 1 ampul dalam RL 500 ml, kemudian dilanjutkan dengan terapi MgSO4 6% dalam D5% 500 ml 20 tpm.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. E GIIIPIIA0 hamil 39 minggu dengan preeklampsia berat mulai dari pengkajian data subjektif dan objektif, penegakkan diagnosa serta penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada.

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada hari Senin 22 Desember 2014, Ny. E datang ke VK Bersalin  rujukan dari Puskesmas karena ibu mengalami tanda-tanda persalinan dengan preeklampsia berat. Ibu mengatakan hamil anak ketiga ±9 bulan, ibu mengeluh nyeri perut menjalar sampai ke pinggang sejak tadi pagi, ada keinginan untuk mengedan. Pada hasil pemeriksaan diketahui keadaan umum pada tekanan darah ibu 200/170 mmHg, TFU 28 cm, PU-KA, Presentasi kepala, DJJ 144x/m, HIS 2x10’/40’’, VT portio teraba tipis, pembukaan 10 cm, titik penunjuk UUK, Hodge IV dan Protein urine positif (+++). Berkolaborasi dengan dokter, diberikan terapi MgSO4 4% dalam D5% 100 ml, Ibu diberikan terapi Nifedipine 10 mg per oral dan Methyldopa 250 mg. Setelah bersalin ibu diberikan Drip Oxytosin 1 ampul dalam RL 500 ml, dilanjutkan MgSO4 6% dalam D5% 500 ml 20 tpm.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. E GIIIPIIA0 hamil 39 minggu dengan preeklampsia berat mulai dari pengkajian data subjektif dan objektif, penegakkan diagnosa serta penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada.

B.     Saran
1.      Institusi
Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2.      Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan khususnya pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat.
3.      Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat.
4.      Klien
Diharapkan klien dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama proses persalinan dengan preeklampsi berat.



DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. ECG. Jakarta
Manjoer, Arif, dkk. 2009. Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga. Media Aesculapius. Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Penyakit Kandungan dan KB. ECG. Jakarta
Prawirohardjo, S. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP. Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. YBP. Jakarta.
Romauli, Suryati. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Nuha Mediha : Yogyakarta.


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar