KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan Di Ruang VK Bersalin RSUD Ulin
Banjarmasin.
Penulisanan laporan ini
dalam rangka menerapkan praktik klinik kebidanan yang merupakan salah satu mata
kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan. Dalam
penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yayasan
Indah Sari Mulia Banjarmasin
2. Anggrita
Sari, S.Si.T.,M.Pd.,M.Kes sebagai Direktur Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
3. Nurul
hidayah,SST selaku bagian Praktik Klinik Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
4. Zulliati,
SST sebagai Pembimbing Pendidikan (CT) Di Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
5. Nurhasanah,
SST sebagai pembimbing lahan praktik (CI) Di Ruang VK Bersalin RSUD Ulin
Banjarmasin
6. Kakak-kakak
bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan dalam
laporan ini
Yang telah memberikan
masukan dan pengarahan kepada penulis sehingga laporan ini diselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan demikian
penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari dosen
pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.
Banjarmasin,
Januari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan infeksi dan
bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu
merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan
komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya
keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan
tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan
sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi
yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Indonesia kini menjadi salah satu dari 13 negara dengan
angka kematian ibu tertinggi di dunia. Menurut WHO (2010) sekitar 287.000 ibu
meninggal karena komplikasi
kehamilan dan kelahiran
anak, seperti perdarahan
28%, preeklampsi/eklampsi
24%, infeksi 11%,
dan penyebab tidak langsung (trauma obstetri) 5%. Dan sebagian besar
kasus kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia (WHO, 2011). Data angka
kematian bayi (AKB) menurut World Health Organization (WHO) ialah sebesar 35
per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012.
Berdasarkan
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, rata-rata angka
kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Selain angka
kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) juga masih tinggi, 32 per 1.000
kelahiran hidup. Banyak faktor
penyebab kematian ibu diantaranya
adalah perdarahan nifas
sekitar 26,9%, eklampsia saat
bersalin 23%, infeksi
11%, komplikasi puerpurium
8%, trauma obstetrik 5%, emboli obstetrik 8%, aborsi 8 % dan lain-lain
10,9% (Depkes RI, 2011).
Pada saat penulis melakukan praktik klinik kebidanan di VK
Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin selama kurang lebih 2 minggu, penulis menemui 7
kasus ibu bersalin dengan preeklampsia, 6 kasus ibu bersalin dengan preeklampsia
berat, 1 kasus ibu bersalin dengan preeklampsia ringan kemudian mendadak kejang.
berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
laporan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsi berat.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kasus preeklampsia berat.
2.
Tujuan Khusus
a. Melakukan
pengkajian data subjektif dan data objektif secara sistematis yang
dilakukan pada pasien dengan Preeklampsia berat di Ruang VK
Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin.
b. Melakukan
penegakkan diagnosa dari hasil pengkajian data subjektif dan data
objektif yang
dilakukan pada pasien dengan Preeklampsia berat di Ruang VK
Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin.
c. Melakukan penatalaksanaan
pada
pasien dengan Preeklampsia berat di Ruang VK Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin.
d. Evaluasi
pada pasien dengan Preeklampsia berat di Ruang VK Bersalin RSUD Ulin
Banjarmasin.
C.
Manfaat
1.
Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa
yang akan datang.
2.
Petugas Kesehatan
Dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat.
3.
Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan
preeklampsia berat.
4.
Klien
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang
diberikan selama proses persalinan dengan preeklampsi berat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi
servik, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu (APN, 2007).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2009).
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010).
Preeklampsia (PE) adalah gangguan yang terjadi setelah
minggu ke-20 kehamilan dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria (Silasi
Michele, 2010). Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala
dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau
lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24
jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif.
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau
kurang dalam 24 jam.
4. Keluhan serebral, gangguan
penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
5. Edema paru dan sianosis (Ilmu
Kebidanan : 2005).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan
Patologi Kebidanan : 2009).
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai
proteiuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(Asuhan Kebidanan
IV:2010).
Jadi,
preeklampsia berat adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg disertai proteinuria > 5
gr/24 jam atau oedem yang terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
B.
Etiologi
Penyebab pasti terjadinya pre-eklampsi masih belum
diketahui. Penyakit ini dianggap sebagai sesuatu “Maladaptation syndrome”
dengan akibat suatu vasospasme general dengan segala akibatnya (Abadi et al,
2008; Shah, 2009).
Preeklampsi dikaitkan dengan komponen genetik, meskipun
mekanisme aktual masih diperdebatkan. Pre eklamsi juga dikaitkan dengan
mekanisme plasentasi, namun pre eklamsi tidak selalu muncul pada keadaan
patologis plasenta (Abadi et al, 2008; Wilson, 2004).
C.
Patofisiologi
Patofisiologi pre-eklamsi merupakan suatu disfungsi/
kerusakan sel endotel vaskuler secara menyeluruh dengan penyebab multifaktor,
seperti: imunologi, genetik, nutrisi (misalnya defisiensi kalsium) dan lipid
peroksidasi. Kemudian berlanjut dengan gangguan keseimbangan hormonal
prostanoid yaitu peningkatan vasokonstriktor (terutama tromboxan) dan penurunan
vasodilator (prostasiklin), peningkatan sensitivitas terhadap vasokonstriktor
agregasi platelet (trombogenik), koagulopati dan aterogenik. Perubahan level
seluler dan biomolekuler di atas telah dideteksi pada umur kehamilan
18-20minggu, selanjutnya sekurang-kurangnya umur kehamilan 24 minggu dapat
diikuti perubahan/ gejala klinis seperti hipertensi, oedema dan proteiuria.
Awalnya adalah defisiensi invasi sel-sel trofoblas atas
arteri spiralis pada plasenta yang dimediasi/ dipengaruhi proses imunologis,
dan hal ini mengakibatkan gangguan perfusi unit fetoplasental. (Abadi et al,
2008)
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Kehamilan
20 minggu atau lebih dengan tanda-tanda:
1. Desakan darah sistolik ≥160 mmHg,
diastolik ≥110 mmHg. Desakan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah
dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring
2. Protein urine ≥5 gram/ 24jam atau
kualitatif 4+ (++++).
3. Oliguri jumlah produksi urine
500cc/ 24jam atau disertai kenaikan kadar kreatinin darah.
4. Adanya gejala-gejala eklampsia
impending: gangguan visus, gangguan serebral, nyeri epigastrium, hiper refleksia.
5. Adanya sindroma HELLP (Hemolysis
Elevated Liver enzyme Low Platelet) (Abadi et al, 2008).
E.
Faktor Resiko
Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005),
faktor resiko pre- eklamsia berat adalah :
1. Riwayat
Preeklampsia
2. Primigravida,
karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat (blocking antibodies)
belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
3. Kenaikan
berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut (2
minggu)
4. Kehamilan
ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi kembar
atau lebih.
5. Riwayat
penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik, diabetes,
penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis atau lupus.
F.
Diagnosis
Diagnosis di tegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat
sebagaimana tercantum di bawah:
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
dan tekanan diastolic ≥ 110 mmHg.
2. Protein uria lebih dari positif 2
(++)
3. Oliguria yaitu produksi urine kurang
dari 400 cc/ 24 jam
4. Edema paru : Nafas pendek, sianosis,
ronkhi +
5. Nyeri daerah epigastrium
6. Gangguan penglihatan
7. Nyeri kepala hebat (maternal & neonatal,
2007).
8. Terdapat mual sampai muntah (Manuaba, 2010).
G.
Macam-Macam Hipertensi Dalam
Kehamilan
Hipertensi pada
kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu:
1. Hipertensi kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang
diukur setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi duduk) yang telah
didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum
mencapai usia kehamilan 20 minggu.
2. Preeklamsia-Eklamsia: peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah
usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu
yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai
protein di dalam air seni (proteinuria). Eklamsia: preeklamsia yang disertai
dengan kejang.
3. Preeklamsia superimposed pada hipertensi kronik: preeklamsia yang
terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil.
4. Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul pada
trimester akhir kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan tanda preeklamsia,
bersifat sementara dan tekanan darah kembali normal setelah melahirkan
(postpartum). Hipertensi gestasional berkaitan
dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa yang akan datang.
H.
Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
pre-eklamsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi perawatan
aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medicinal dan perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medicinal (AYeyeh.R,
2011). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan
aktif dilakukan pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees test
(NST) dan ultrasonograft (USG), dengan indikasi (salah satu atau lebih), yakni
:
a. Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda
atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6
jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawatan edicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).
b. Janin
Hasil
fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra uterine growth
retardation (IUGR)
c. Hasil laboratorium
Adanya
HELLP sindrom (haemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia).
2. Penanganan kejang
a. Beri obat antikonvulsan
b. Pelengkapan untuk penanganan kejang
(jalan nafas, sedotan, masker oksigen, oksigen)
c. Lindungi pasien dari kemungkinan
trauma
d. Aspirasi mulut dan tenggorokan
e. Baringkan pasien pada sisi kiri,
posisi trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
f. Beri O2 4-6 liter/menit
3. Penanganan umum
a. Jika tekanan diastolik >110 mmHg,
berikan anti hipertensi, sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
b. Pasang infus RL dengan jarum besar
(16 gauge atau lebih)
c. Ukur keseimbangan cairan, jangan
sampai terjadi overload
d. Kateterisasi urin untuk pengeluaran
volume dan proteinuria
e. Jika jumlah urine <30 ml per jam
:
1) Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
2) Pantau kemungkinan edema paru
f. Jangan tinggalkan pasien sendirian,
kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
g. Observasi tanda-tanda vital, reflex,
dan DJJ setiap jam
h. Auskultasi paru untuk mencari
tanda-tanda edema paru (Maternal dan Neonatal, 2010)
4. Pengobatan dengan MgSO4
a. Dosis awal
1) MgSO4 4gr IV sebagai
larutan 20% 5 menit
2) Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5gr IM
dengan 1 ml ligonain 2%
b. Dosis Pemeliharaan
1) MgSO4 (50%) 5gr + ligonokain 2% 1 ml
IM setiap 4 jam
2) Sampai 24 jam pasca persalinan atau
kejang berakhir (Maternal dan Neonatal, 2007).
5. Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara terminasi terhadap kehamilan yang belum inpartu, yaitu :
a. Induksi persalinan: tetesan
oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart
monitoring.
b. Seksio Sesaria (dilakukan oleh
dokter ahli kandungan), bila: fetal assessment jelek. Syarat tetesan oksitocyn
tidak dipenuhi (nilai bishop < 5) atau adanya kontraindikasi tetesan
oksitocyn; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif.
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio
sesaria.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Preeklampsia merupakan penyulit
kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan post partum. Pada
hari Senin 22 Desember 2014, Ny. E datang ke VK Bersalin bersama dengan suami
dan bidan rujukan dari Puskesmas karena ibu mengalami tanda-tanda persalinan
dengan preeklampsia berat. Ibu mengatakan hamil anak ketiga ±9 bulan, ibu
mengeluh nyeri perut menjalar sampai ke pinggang sejak tadi pagi pukul 06.00
WITA, ada keinginan untuk mengedan, keluar air-air sejak pukul 07.00 WITA.
Diagnosis di tegakkan berdasarkan
kriteria preeklamsia berat yaitu tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
diastolik ≥ 110 mmHg, protein uria lebih dari positif 2 (++), oliguria yaitu
produksi urine kurang dari 400 cc/ 24 jam, edema paru : nafas pendek, sianosis,
ronkhi (+), nyeri daerah epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala hebat
(maternal & neonatal, 2007), serta terdapat mual sampai muntah (Manuaba,
2010). Pada
hasil pemeriksaan diketahui keadaan umum pada tekanan darah ibu 200/170 mmHg,
TFU 28 cm, PU-KA, Presentasi kepala, DJJ 144x/m, HIS 2x10’/40’’, VT portio
teraba tipis, pembukaan 10 cm, titik penunjuk UUK, Hodge IV dan Protein urine
positif (+++), pengeluaran urine 500 cc. Berdasarkan hasil pengkajian data
subjektif dan objektif secara sistematis diagnosis ibu adalah Ny. E GIIIPIIA0
hamil 39 minggu inpartu kala II dengan Preeklampsia Berat.
Prosedur tetap pemberian MgSO4,
Dosis awal : 4 gram MgSO4 40% atau 20%. Cara pemberian : 10 ml MgSO4 40% atau
20ml MgSO4 20% dilarutkan dalam 100 ml NS atau DS %. Diberikan secara tetesan
cepat dalam waktu 20 menit. Dosis
maintenance : gram MgSO4 diberiakn dalam waktu 6 jam, diberikan secara tetesan
infus (drip). Cara pemberian : 15 ml MgSO4 40% atau 30 ml MgSO4 20% dilarutkan
dalam 500 ml Rl atau DS%. Diberikan dalam tetesan, 20 tetes/menit.
Antihipertensi lini pertama : Nifedipine
Dosis 10-20 mg per oral diulangi setelah 30 menit maksimum 120 mg dalam 24 jam.
Berkolaborasi
dengan dokter, diberikan terapi MgSO4 4% dalam D5% 100 ml, Ibu diberikan terapi
Nifedipine 10 mg per oral dan Methyldopa 250 mg untuk menurunkan tekanan darah.
Kemudian ibu dipimpin bersalin sesuai dengan APN 60. Bayi lahir spontan
belakang kepala, AS 7-8-9, pukul 11.54 WITA JK : perempuan, BB 2500 gram, PB 47
cm. Setelah bersalin ibu diberikan Drip Oxytosin 1 ampul dalam RL 500 ml,
kemudian dilanjutkan dengan terapi MgSO4 6% dalam D5% 500 ml 20 tpm.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. E GIIIPIIA0
hamil 39 minggu dengan preeklampsia berat mulai dari pengkajian data subjektif
dan objektif, penegakkan diagnosa serta penatalaksanaan sesuai dengan teori
yang ada.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada hari Senin
22 Desember 2014, Ny. E datang ke VK Bersalin
rujukan dari Puskesmas karena ibu mengalami tanda-tanda persalinan
dengan preeklampsia berat. Ibu mengatakan hamil anak ketiga ±9 bulan, ibu
mengeluh nyeri perut menjalar sampai ke pinggang sejak tadi pagi, ada keinginan
untuk mengedan. Pada hasil pemeriksaan diketahui keadaan umum pada tekanan
darah ibu 200/170 mmHg, TFU 28 cm, PU-KA, Presentasi kepala, DJJ 144x/m, HIS
2x10’/40’’, VT portio teraba tipis, pembukaan 10 cm, titik penunjuk UUK, Hodge
IV dan Protein urine positif (+++). Berkolaborasi dengan dokter, diberikan
terapi MgSO4 4% dalam D5% 100 ml, Ibu diberikan terapi Nifedipine 10 mg per
oral dan Methyldopa 250 mg. Setelah bersalin ibu diberikan Drip Oxytosin 1
ampul dalam RL 500 ml, dilanjutkan MgSO4 6% dalam D5% 500 ml 20 tpm.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. E GIIIPIIA0
hamil 39 minggu dengan preeklampsia berat mulai dari pengkajian data subjektif
dan objektif, penegakkan diagnosa serta penatalaksanaan sesuai dengan teori
yang ada.
B.
Saran
1. Institusi
Diharapkan
dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa
yang akan datang.
2.
Petugas Kesehatan
Diharapkan
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan
asuhan kebidanan khususnya pada ibu bersalin dengan preeklampsia berat.
3. Mahasiswa
Diharapkan
mahasiswa dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
preeklampsia berat.
4.
Klien
Diharapkan
klien dapat mengetahui dan
mengerti asuhan yang diberikan selama proses persalinan dengan preeklampsi
berat.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman,
Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. ECG. Jakarta
Manjoer,
Arif, dkk. 2009. Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga. Media
Aesculapius. Jakarta.
Manuaba,
Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Penyakit Kandungan dan KB. ECG. Jakarta
Prawirohardjo, S. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. YBP. Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu
Kebidanan. YBP. Jakarta.
Romauli,
Suryati. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Nuha
Mediha : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar