Selasa, 10 Mei 2016

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL 25 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUANG CEMPAKA RSUD ULIN BANJARMASIN



ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
25 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG CEMPAKA RSUD ULIN BANJARMASIN
 
 
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan di Ruang Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan praktik klinik kebidanan yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Yayasan Indah Sari Mulia Banjarmasin
2.      Anggrita Sari, S.Si.T.,M.Pd.,M.Kes sebagai Direktur Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
3.      Nurul hidayah,SST selaku bagian Praktik Klinik Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
4.      Winda Maolinda, S.Si.T.,MM.Kes. sebagai Pembimbing Pendidikan (CT) Di Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
5.  Mulhimah, AM.Keb sebagai pembimbing lahan praktik (CI) Di Ruang Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin
6.    Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan dalam laporan ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.
Banjarmasin, Desember 2014


Penulis

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum waktu persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Ketuban pecah dini dapat terjadi dikarenakan berbagai penyebab dan pada berbagai usia kehamilan. Akibat dari ketuban pecah dini sangat berpengaruh pada janin, dikarenakan fungsi cairan ketuban sebagai tempat bergerak, perlindungan terhadap benturan dan infeksi serta menunjang pertumbuhan janin selama masa kehamilan, jika terjadi kekurangan atau infeksi cairan ketuban maka janin akan mengalami gangguan dan infeksi, akibat paling buruk janin dapat meninggal. Keadaan ini dapat membahayakan keselamatan ibu, sehingga diperlukan penanganan yang tepat dan pemantauan keadaan ibu dan janin yang mengalami ketuban pecah dini. Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Sekitar 25-50 % kematian wanita usia subur disebabkan masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas di negara miskin (Depkes, 2010).
Ketuban pecah dini merupakan salah satu dari komplikasi kehamilan yang paling sering dijumpai. Insiden ketuban pecah dini dilaporkan bervariasi sekitar 6 – 10 persen dimana sekitar 20 persen kasus terjadi sebelum memasuki masa gestasi 37 minggu. Sekitar 8 – 10 persen ketuban pecah dini memiliki resiko infeksi intrauterine akibat interval ketuban pecah dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini berhubungan erat dengan 30 – 44 persen persalinan pretermdimana 75 persen klien akan mengalami persalinan 1minggu lebih dini dari jadwal. (Wiknjosastro, 2007).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di Indonesia sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran, sedangkan data kejadian ketuban pecah dini.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sangat memalukan pemerintahan yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108 /100.000 pada 2015 sesuai dengan target MDGs.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul laporan kasus Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini.

B.     Tujuan
1.        Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini di ruang Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin.
2.        Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mengetahui pengkajian secara sistematis yang dilakukan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini di ruang Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin.
b.    Mahasiswa mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini di ruang Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin.
c.    Mahasiswa mengetahui diagnosis pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini di ruang Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin.
d.   Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini di ruang Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin.

C.    Manfaat
1.        Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2.        Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini.
3.        Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan ibu hamil dengan ketuban pecah dini.
4.        Bagi Klien
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa hamil dengan ketuban pecah dini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu/ 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan. Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke 4 sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2008).
Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum ada tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi in partu. (manuaba, 2008 ).
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan,hal ini dapat terjadi pada akhirnya kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan (Sujiyati, 2009)
Ketuban pecah dini (KPD)  merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai, pada usia kurang dari 37 minggu (Errol Norwiz dan John, 2007)
Dapat diambil kesimpulan bahwa ketuban pecah dini adalah pecah/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan dan sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan kontraksi atau tanpa kontraksi.

B.     Faktor Risiko
      Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis (Prawirohardjo, 2008).
2.      Riwayat ketuban pecah dini
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi (Nugroho, 2010).
Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya wanita yang telah mengalami ketuban pecah dini akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya. (Nugroho, 2010).
3.      Tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya hidramnion dan gemeli. Pada kelahiran kembar sebelum 37 minggu sering terjadi pelahiran preterm, sedangkan bila lebih dari 37 minggu lebih sering mengalami ketuban pecah dini (Nugroho, 2010).
4.      Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia)
Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia), didasarkan pada adanya ketidakmampuan serviks uteri untuk mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks sering menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini dapat berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis. Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks pada konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi obstetrik (Prawirohardjo, 2008).


5.      Paritas
Paritas terbagi menjadi primipara dan multipara. Primiparitas adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati untuk pertama kali. Multiparitas adalah wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati beberapa kali (sampai 5 kali atau lebih) (Varney, 2007).
6.      Kehamilan dengan janin kembar
Pada kehamilan kembar, evaluasi plasenta bukan hanya mencakup posisinya tetapi juga korionisitas kedua janin. Pada banyak kasus adalah mungkin saja menentukan apakah janin merupakan kembar monozigot atau dizigot. Selain itu, dapat juga ditentukan apakah janin terdiri dari satu atau dua amnion. Upaya membedakan ini diperlukan untuk memperbaiki resiko kehamilan. Pengawasan pada wanita hamil kembar perlu ditingkatkan untuk mengevaluasi resiko persalinan preterm. Gejala persalinan preterm harus ditinjau kembali dengan cermat setiap kali melakukan kunjungan (Nugroho, 2010).
Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini juga preeklamsi. Hal ini biasanya disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi hormon. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika ibu dan keluarga dilibatkan dalam mengamati gejala yang berhubungan dengan preeklamsi dan tanda-tanda ketuban pecah (Varney, 2007).
7.      Usia ibu yang ≤ 20 tahun
Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan ibu dengan usia ≥ 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini (Nugroho, 2010).
8.      Defisiensi vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan kolagen. Selaput ketuban (yang dibentuk oleh jaringan kolagen) akan mempunyai elastisitas yang berbeda tergantung kadar vitamin C dalam darah ibu.
9.      Faktor tingkat sosio-ekonomi
Sosio-ekonomi yang rendah, status gizi yang kurang akan meningkatkan insiden KPD, lebih-lebih disertai dengan jumlah persalinan yang banyak, serta jarak kelahiran yang dekat.

C.    Manifestasi Klinis
Gejala adalah kunci untuk diagnosis, pasien biasanya melaporkan cairan yang tiba-tiba menyembur dari vagina dan pengeluaran cairan yang berlanjutan. Gejala tambahan yang mungkin penting termasuk warna dan konsistensi cairan adalah adanya bintik-bintik dari vernix atau mekonium, pengurangan ukuran uterus, dan peningkatan keunggulan janin untuk palpasi (Saiffudin, 2011).
 Menurut Mansjoer ( 2000) manifestasi ketuban pecah dini adalah:
1.      Keluar air krtuban warna keruh. Jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2.      Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi
3.      Janin mudah diraba
4.      Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah kering
5.      Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air ketuban sudah kering
6.      Buyi jantung bisa tetap normal

D.    Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini menurut Manuaba (2008) adalah :
1.      Terjadinya pembukaan premature serviks
2.      Membran terkait dengan pembukaan terjadi :
a.       Devaskularisasi
b.      Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
3.      Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
4.      Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim kolagenase.

E.     Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion).Seklain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD prater mini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1.      Infeksi intrauterine
2.      Tali pusat menumbung
3.      Prematuritas
4.      Distosia (Sujiyatini, 2009)

F.     Penatalaksanaan
1.      Konservatif (Prawirohardjo, 2008).
a.       Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari).
b.      Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
c.       Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif berikan deksametason, observasi tanda – tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
d.      Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 mingguu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
e.       Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, berikan antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda – tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda – tanda infeksi intrauterin).
f.       Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam selama 4 kali(Prawirohardjo, 2008)
Kehamilan lebih dari 37 minggu induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Bila ada tanda – tanda infeksi berikan dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5 induksi perlasinan

G.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,baud an PH nya.Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret vagina,Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna ,tetap kuning .1.a tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes pakis ),dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.


2.      Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya ,namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(Sujiyatini, 2009)


 
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
25 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG CEMPAKA RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal pengakjian     : Rabu, 03 Desember 2014
Jam                              : 17.00 WITA
Tempat pengkajian      : Ruang Cempaka

A.      SUBJEKTIF DATA
1.        Identitas

Istri
Suami
Nama  
Ny. M
Tn. T
Umur  
22 tahun
29 tahun
Agama
Islam
Islam
Suku/Bangsa
Banjar/ Indonesia
Banjar/ Indonesia
Pendidikan
SMA
SMA
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Swasta
Alamat
Jl. A. Yani KM 6,5 Banjarmasin
Jl. A. Yani KM 6,5 Banjarmasin

2.        Keluhan Utama         :
Ibu mengatakan hamil ±6 bulan keluar air-air dari jalan lahir sejak tanggal 02 Desember 2014 pukul 12.00 WITA dan sudah 24 jam.

3.     Riwayat perkawinan : kawin 1 kali, pertama kali kawin umur 20 tahun dengan suami sekarang sudah 2 tahun.

4.      Riwayat haid
a.       Menarche umur    : 12 tahun
b.      Siklus                   : 30 hari
c.       Teratur / tidak      : tidak teratur
d.      Lamanya              : 5-7 hari
e.       Banyaknya           : 2-3 kali ganti pembalut/hari
f.       Dysmenorrhea      : tidak
g.      HPHT                   : 11-06-2014
h.      Taksiran Partus     : 28-03-2014

5.      Riwayat Obstetri :
No
Tahun
Kehamilan
Persalinan
Bayi
Penyulit
Nifas
Ket.
UK
Penyu-
lit
UK
Cara
Tempat /
Penolong
Penyu-
lit
BB
PB
Seks
Keadaan
Lahir
1.
2014
Ini












6.      Riwayat keluarga berencana
a.       Jenis         : -
b.      Lama        : -
c.       Masalah    : -

7.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu datang ke rumah sakit pada tanggal 02 Desember 2014 pukul 16.00 WITA, di VK bersalin ibu di anamnesa dan ibu mengatakan keluar air-air berwarna jernih dari jalan lahir, mules (-), kencang-kencang (-), lendir darah (-) sejak pukul 12.00 WITA.
Kemudian ibu dilakukan pemeriksaan :
-        Palpasi Leopold I : bulat, lunak, tidak melenting (Bokong)
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV : belum masuk PAP (konvergen)
TFU     : 18 cm
DJJ       : 144 kali/menit
His       : (-)
-        Pemeriksaan dalam : portio bulat, konsistensi kenyal, tidak ada pembukaan, selaput ketuban tidak teraba.
-        Pemeriksaan penunjang : pemeriksan kertas lakmus (+), USG (air ketuban minimal, kehamilan sesuai 24 minggu)
Diagnosa : GIP0A0 hamil 24-25 minggu dengan Ketuban pecah dini, janin tunggal hidup intra uteri
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan advice dokter : observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, HIS, DJJ, injeksi Dexamethasone 1x1 gr/iv, injeksi Ceftriaxone 3x1 g/iv.
Bila ibu tidak ada keluhan, ibu dipindah ke ruangan untuk dirawat konservatif. Observasi keluhan, keadaan umum, tanda-tanda vital, HIS dan DJJ di ruangan.
b.      Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus dan penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS dan penyakit lainnya serta tidak ada riwayat kembar.
c.       Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan ayah kandungnya menderita hipertensi, ibu kandungnya menderita diabetes mellitus dan asma, dari pihak keluarga lain tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS dan penyakit lainnya serta tidak ada riwayat kembar.

8.      Riwayat Kehamilan Sekarang
a.       Selama hamil ibu periksa di        : puskesmas dan dr.SpOG
b.      Mulai periksa sejak kehamilan    : 8 minggu
c.       Frekuensi periksa
1)      Trimester I                             : 2 kali
2)      Trimester II                           : 3 kali
3)      Trimester III                          : -
d.      Imunisasi TT                               : Lengkap       
e.       Keluhan selama hamil
No
Keluhan
Umur Kehamilan
Tindakan Dan Terapi
Oleh
Ket.
1.
Susah buang air besar
24 minggu
KIE, minum lebih banyak air putih, konsumsi yang mengandung serat seperti buah dan sayuran.
Bidan
Belum teratasi

9.      Pola Kebutuhan Sehari-hari
a.       Nutrisi

Makanan
Minuman
Jenis
Frekuensi
Porsi
Masalah
Nasi, Lauk-pauk, sayur
3 kali sehari
1 piring
Tidak ada
Air putih, teh
6-7 kali sehari
1 gelas
Tidak ada
b.      Eliminasi
1)      BAB
a)      Frekuensi                        : -
b)      Konsistensi                     : -
c)      Warna                             : -
d)     Masalah                          : sulit BAB
2)      BAK
a)      Frekuensi                        : 4-5 kali sehari
b)      Warna                             : kuning jernih
c)      Bau                                 : khas urine
d)     Masalah                          : Tidak ada
c.       Personal hygiene
1)      Frekuensi mandi                    : 2 kali sehari
2)      Frekuensi gosok gigi             : 2 kali sehari
3)      Frekuensi ganti pakaian        : sesuai kebutuhan
d.      Aktivitas
Ibu mengatakan selama hamil masih dapat melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah dan lain-lain.
e.       Tidur dan istirahat
1)      Siang hari                              : 1-2 jam
2)      Malam hari                            : 7-8 jam
3)      Masalah                                 : Tidak ada
f.       Pola seksual
Masalah                                                                : Tidak ada

10.  Data psikososial dan Spiritual
a.       Tanggapan ibu terhadap keadaan kehamilannya : cemas
b.      Tanggapan keluarga terhadap kehamilannya       : Senang
c.       Ketaatan ibu dalam beribadah                             : Shalat 5 waktu
d.      Pemecahan masalah dari ibu                                : Suami
e.       Pengetahuan ibu terhadap kehamilannya             : Orang tua dan Bidan
f.       Budaya yang dipercayai selama kehamilan         : tidak ada
g.      Lingkungan yang berpengaruh
1)      Ibu tinggal bersama                                       : Suami
2)      Hewan peliharaan                                         : Tidak ada
h.      Hubungan sosial ibu dengan keluarga                 : Baik
i.        Jumlah penghasilan                                              : Mencukupi
j.        Penentu pengambilan keputusan dalam keluarga: Suami
k.      Yang menanggung biaya ANC dan persalinan    : Suami

B.     OBJEKTIF DATA
1.    Pemeriksaan Umum
a.       Keadaan umum          : Baik
b.      Kesadaran                  : Composmentis
c.       Berat badan                : 60 kg
d.      Tinggi badan              : 153 cm
e.       LILA                          : 33 cm
f.       Tanda Vital   
1)      Tekanan Darah     : 120/70 mmHg
2)      Respirasi               : 20 kali/menit
3)      Nadi                     : 80 kali/menit
4)      Suhu                     : 36,5 oC         

2.      Pemeriksaan Khusus
a.       Inspeksi
1)     Kepala

2)     Muka

3)     Mata     

4)     Telinga
5)     Hidung
6)     Mulut

7)     Leher

8)     Dada

9)     Mamae

10) Perut

11) Genetalia
12) Tungkai
b.       Palpasi
1)     Leher    

2)     Mamae 
    3)     Abdomen
a)      Leopold I
b)     Leopold II


c)      Leopold III

d)     Leopold IV
e)      TFU    
4)     TBJ           
5)     Tungkai
:Kulit kepala tampak bersih, tidak berketombe, rambut hitam dan tidak rontok.
:Tidak tampak pucat, tidak oedem, tidak ada chloasma Gravidarum.
:Bentuk simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak  kuning.
:Simetris, tidak ada pengeluaran serumen.
:Tidak ada polip, tidak ada pergerakan cuping hidung.
:Tidak pucat, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan, tidak ada caries gigi, gigi tidak berlubang.
:Tidak tampak pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid.
:Simetris, tidak tampak retraksi dinding dada saat inspirasi dan ekspirasi.
:Simetris, puting susu menonjol, terdapat Hiperpigmentasi pada areola.
:Pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilan, tidak ada jaringan parut, tidak ada luka bekas operasi.
:Tampak sedikit keluar cairan berwarna jernih.
:Tidak tampak oedem dan varises.

:Tidak teraba pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid.
:Tidak ada nyeri tekan dan massa.

:Sepusat, teraba lunak dan tidak melenting (bokong)
:Bagian kanan perut ibu teraba keras, memanjang
seperti papan (pu-ka) dan bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas).
:Bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting (preskep)
:Bagian terbawah janin belum masuk PAP (konvergen)
: 18 cm
: (18-12)×155= 930 gram
: Tidak teraba adanya oedem dan varises
c.       Auskultasi
DJJ (+), terdengar jelas dengan frekuensi 149 kali/menit
d.      Perkusi
1)      Reflek Patella       : kiri/kanan, (+)/(+)
2)      Cek Ginjal            : kiri/kanan, (-)/(-)

3.      Pemeriksaan Penunjang
a.       HB                             : 02 Desember 2014
12,2 gr% nilai normal 12-16gr%
b.      Lakmus                      : positif (+)
c.       USG                           : 03 Desember 2014
USG (+), Umur kehamilan sesuai 24 minggu, air ketuban minimal.

  C.    ANALISA DATA
1.      Diagnosa Kebidanan        : GIP0A0 hamil 25 minggu dengan ketuban pecah
Dini >24 jam, janin tunggal hidup intra uteri
2.      Masalah                            : 1. Susah BAB
  2. Cemas menghadapi kondisi kehamilannya
3.      Kebutuhan                       : KIE, teknik relaksasi dan kolaborasi dengan
  dr. Sp.OG.,

  D.    PENATALAKSANAAN
1.      Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu TD : 120/80 mmHg, Pernapasan : 20 kali/menit, Nadi : 80 kali/menit, Suhu : 36,5oC, UK : 25 minggu, DJJ = 149 kali/menit, dan taksiran partus : 28-03-2014.
“Ibu mengetahui hasil pemeriksaan”
2.      Memberitahu ibu bahwa ibu mengalami ketuban pecah dini yaitu selaput ketuban yang pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu dan tanpa adanya kontraksi. Oleh karena ibu harus tirah baring agar kondisi ibu serta janin terus membaik.
“Ibu mengetahui keadaan yang dialaminya saat ini”
3.      Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara menarik nafas dalam melalui hidung kemudian menghembuskan secara perlahan melalui mulut serta menganjurkan ibu untuk berdoa untuk mengurangi kecemasan ibu.
              “Ibu mengerti dan melaksanakan anjuran yang diberikan”
4.  Menganjurkan ibu untuk lebih banyak minum air putih, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti buah dan sayuran untuk mengatasi susah BAB.
              “Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan”
5.      Kolaborasi dengan dokter Sp.OG. :
a.       IVFD RL : D5% 20 tpm
b.      Injeksi iv Ceftriaxone 2x1 g : jam 10.00, 22.00 WITA
c.       Injeksi iv Dexamethasone 2x16 mg : jam 10.00, 22.00 WITA
d.      Observasi KU, TTV, DJJ dan His


CATATAN PERKEMBANGAN
Hari, Tanggal / Jam
Catatan Perkembangan
04 Desember 2014
22.00 WITA
S  : Ibu mengatakan keluar air-air sedikit, gerak janin (+), mules (-)
O : KU =  baik, Kes = Composmentis
TD = 110/80 mmHg, N = 80x/m, R = 20x/m, T= 36,7oC
His (-), DJJ 148 x/m
A : GIP0A0 hamil 25 minggu dengan ketuban pecah dini >24 jam, janin tunggal hidup intra uteri
P : - Obs. KU, TTV, DJJ
- Mengajarkan teknik relaksasi, memotivasi ibu dan berdoa
-     KIE istirahat total dan tidak banyak bergerak
-     KIE pemenuhan nutrisi terutama konsumsi air dan tinggi serat
-     KIE personal hygine
-     Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi :
IVFD RL 20 tpm
Injeksi iv Ceftriaxone 2x1 g
Injeksi iv Dexamethasone 2x16 mg

05 Desember 2014
06.00 WITA
S  : Ibu mengatakan keluar air-air sedikit, gerak janin (+), mules (-)
O : KU =  baik, Kes = Composmentis
TD = 120/80 mmHg, N = 84x/m, R = 24x/m, T= 36,5oC
His (-), DJJ 152 x/m
A : GIP0A0 hamil 25 minggu dengan ketuban pecah dini >24 jam, janin tunggal hidup intra uteri
P : - Obs. KU, TTV, DJJ
- Mengajarkan teknik relaksasi, memotivasi ibu dan berdoa
-     KIE istirahat total dan tidak banyak bergerak
-     KIE pemenuhan nutrisi terutama konsumsi air dan tinggi serat
-     KIE personal hygine
-     Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi :
IVFD RL 20 tpm
Injeksi iv Ceftriaxone 2x1 g
Injeksi iv Dexamethasone 2x16 mg

06 Desember 2014
10.00 WITA
S  : Ibu mengatakan masih keluar air-air sedikit, gerak janin (+), mules (-)
O : KU =  baik, Kes = Composmentis
TD = 100/70 mmHg, N = 86x/m, R = 20x/m, T= 36,7oC
His (-), DJJ 144 x/m
USG (+), Umur kehamilan sesuai 24 minggu, air ketuban minimal.
A : GIP0A0 hamil 25 minggu dengan ketuban pecah dini >24 jam, janin tunggal hidup intra uteri
P : - Obs. KU, TTV, DJJ
- Mengajarkan teknik relaksasi, memotivasi ibu dan berdoa
-     KIE istirahat total dan tidak banyak bergerak
-     KIE pemenuhan nutrisi terutama konsumsi air dan tinggi serat
-     KIE personal hygine
-     Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi :
IVFD D5% 20 tpm
Injeksi iv Ceftriaxone 2x1 g
Injeksi iv Dexamethasone 2x16 mg  
Saran : rawat konservatif, rencana USG FM 3 hari lagi tanggal 09 Desember 2014

07 Desember 2014
19.00 WITA
S  : Ibu mengatakan masih keluar air-air sedikit, gerak janin (+)
O : KU =  baik, Kes = Composmentis
TD = 100/90 mmHg, N = 84x/m, R = 22x/m, T= 36,8oC
His (-), DJJ 148 x/m
A : GIP0A0 hamil 25 minggu dengan ketuban pecah dini >24 jam, janin tunggal hidup intra uteri
P : - Obs. KU, TTV, DJJ
- Mengajarkan teknik relaksasi, memotivasi ibu dan berdoa
-     KIE istirahat total dan tidak banyak bergerak
-     KIE pemenuhan nutrisi terutama konsumsi air dan tinggi serat
-     KIE personal hygine
-     Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi :
IVFD RL 20 tpm
10 Desember 2014
14.00 WITA
S  : Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah mulai berkurang
O : KU =  baik, Kes = Composmentis
TD = 110/80 mmHg, N = 88x/m, R = 24x/m, T= 36,5oC
TFU 2 jari dibawah pusat, Kontraksi (+) baik, perdarahan (+) sedikit, BAK (+)
A : PIA0 post partum dengan KPD + Preterm hari ke-0
P : - Obs. KU, TTV, involusio uteri
-     KIE pemenuhan nutrisi dan istirahat
-     KIE personal hygine
-     Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi :
Per Oral : Cefadroxil 3 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
B Complex 2 x 1 tab
SF 1 x 1 tab
Pasien diperbolehkan pulang pada tanggal 11 Desember 2014




BAB IV
PEMBAHASAN
Ketuban pecah dini (KPD)  merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai, pada usia kurang dari 37 minggu (Errol Norwiz dan John, 2007). Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum ada tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi in partu. (manuaba, 2008).
Perawatan Konservatif menurut Prawirohardjo (2008) :
1.    Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
2.  Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif berikan deksametason, observasi tanda – tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
3.    Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 mingguu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
4.    Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, berikan antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda – tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda – tanda infeksi intrauterin).
5.   Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam selama 4 kali.
Pada Selasa 02 Desember 2014 pukul 16.00 WITA, Ny. M datang ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin dengan suaminya. Ibu mengatakan hamil pertama ±6 bulan keluar air-air melalui jalan lahir sejak pukul 12.00 WITA dan tidak ada kontraksi. Ibu mengatakan pada malam hari terhentak dari motor karena lubang dijalan, kemudian keesokan harinya ibu merasakan keluar air dan menyembur. Selama hamil ibu rutin memeriksakan kehamilannya di dr. SpOG dari hasil pemeriksaan kehamilan ibu berjalan normal. ibu mengatakan bahwa ibu tidak pernah menderita penyakit menahun, keturunan maupun menular. Akan tetapi dari pihak keluarga ibu yaitu ayah dan ibu kandungnya menderita hipertensi, asma dan diabetes mellitus. Keluhan yang dialami ibu selain keluar air-air yaitu susah buang air besar.
Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yaitu kertas lakmus merah menjadi biru maka ibu mengalami ketuban pecah dini. Kemudian ibu diobservasi KU, TTV, His di Ruang VK  Bersalin. Setelah keadaan ibu membaik, ibu diantar ke ruang Cempaka untuk rawat konservatif, observasi, bed rest serta kolaborasi dengan dr. SpOG.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. M umur 22 tahun GIP0A0 hamil 25 minggu dengan ketuban pecah dini mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, analisa data serta penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada.

BAB V
PENUTUP
A.     Kesimpulan
1.      Ketuban pecah dini adalah pecah atau rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan dan sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan kontraksi atau tanpa kontraksi.
2.      Selasa 02 Desember 2014, Ny. M datang ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin dengan suaminya. Ibu mengatakan hamil pertama ±6 bulan keluar air-air melalui jalan lahir dan tidak ada kontraksi. Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yaitu kertas lakmus merah menjadi biru maka ibu mengalami ketuban pecah dini.
3.      Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. M umur 22 tahun GIP0A0 hamil 25 minggu dengan ketuban pecah dini mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, analisa data serta penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada.

B.     Saran
1.      Bagi Institusi
Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang
2.      Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan khususnya pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini.
3.      Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini.
4.      Bagi Klien
Diharapkan klien dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa hamil dengan ketuban pecah dini.

 
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Manuaba I.B.G. 2010. Gawat Darurat, Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
Nugroho, Taufan. 2011, Kasus Emergency Kebidanan, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Prawirohardjo E.J. 2008, Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Saifuddin, Abdul bari. 2002. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : YBP-SP
Steer P, Flint C. ABC of labour care Preterm labour and prematur rupture of membrans. BMJ volume 318, April 1999. http://www.bmj.com. Akses 04 November 2014.
Suwiyoga IK, Budayasa AA, Soetjiningsih. Peranan Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini terhadap Insidens Sepsis Neonatorum Dini pada Kehamilan Aterm. Cermin Dunia Kedokteran
Varney, Hellen, 2007, Midwifery, Edisi ketiga
Wiknjosastro H,. ILMU KEBIDANAN. Edisi III, yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, jakarta, 2007



Tidak ada komentar:

Posting Komentar