Selasa, 10 Mei 2016

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM HARI KE-I DENGAN FORCEPS EKSTRAKSI, PREEKLAMPSIA RINGAN DAN MEDIS OPERATIF WANITA DI RUANG BAKUNG TIMUR RSUP SANGLAH DENPASAR



LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM
HARI KE-I DENGAN FORCEPS EKSTRAKSI, PREEKLAMPSIA RINGAN  DAN MEDIS OPERATIF WANITA DI RUANG BAKUNG TIMUR
RSUP SANGLAH DENPASAR



LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL                                     :Laporan Kasus Asuhan Kebidanan pada Ibu post partum hari ke-I dengan Forceps Ekstraksi, Preeklampsia Ringan dan Medis Operatif Wanita di Ruang Bakung Timur RSUP Sanglah Denpasar
NAMA / NIM                         : Putri Mayang Sari / S.12.1093


Denpasar, .......November 2014
Menyetujui,


Pembimbing Pendidikan (CT)            Pembimbing Lahan Praktik (CI)


Miftahul Jannatus Soraya, SST                       Ni Made Puput Septiani, SST
NIK 19.44.2013.073                                    NIP 198209 20200501 2 002



LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL                                     :Laporan Kasus Asuhan Kebidanan pada Ibu post partum hari ke-I dengan Forceps Ekstraksi, Preeklampsia Ringan dan Medis Operatif Wanita di Ruang Bakung Timur RSUP Sanglah Denpasar
NAMA / NIM                         : Putri Mayang Sari / S.12.1093


Denpasar, .......November 2014
Mengesahkan,


Pembimbing Pendidikan (CT)            Pembimbing Lahan Praktik (CI)




Miftahul Jannatus Soraya, SST                       Ni Made Puput Septiani, SST
NIK 19.44.2013.073                                    NIP 198209 20200501 2 002


Mengetahui,
Bagian Praktik Klinik
AKBID Sari Mulia Banjarmasin



Nurul Hidayah, SST
NIK. 19.44.2010.046



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setelah persalinan seorang wanita mengalami suatu masa yang disebut masa nifas (puerperium). masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir setelah alat kandungan kembali ke keadaan sebelum hamil. masa nifas berlangsung kira-kira 6-8 minggu. (Sarwono, 2006).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sulistyawati, 2009).
Sejarah cunam/forceps obstetrik teramat panjang, sekitar tahun 1500 SM sudah terdapat tulisan bahasa sansekerta yang mengulas tentang alat ini. Cunam/forceps obstetrik modern yang digunakan untuk janin hidup diperkenalkan  pertama kali oleh Peter Chemberlen (1600) dan setelah itu dikenal lebih dari 700  jenis cunam/forceps obstetrik.
Ekstraksi cunam/forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. Ekstraksi cunam/forceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala  pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat cunam. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin. Pemakaian ekstraktor vakum terus meningkat, sementara terjadi penurunan persalinan dengan ekstraksi forseps. Ekstraksi vakum lebih disukai daripada ekstraksi forseps karena tekniknya lebih mudah dan lebih aman baik bagi ibu maupun bayi. Depresi neonatal pasca ekstraksi vakum berhubungan dengan derajat kesulitan tindakan.
Angka  kematian  merupakan  indikator  keberhasilan  sistem  pelayanan kesehatan  suatu  negara.  Sedangkan  Angka  Kematian  Ibu  (AKI)  adalah indikator  dalam  bidang  obstetri.  Sekitar  800  wanita  meninggal  setiap  hari disebabkan  oleh  hal  yang  berkaitan  dengan  kehamilan  dan  persalinan  (WHO 2012).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2010, penyebab langsung kematian ibu di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28%, eklampsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan abortus 5%.
Di  Indonesia,  angka kejadian preeklamsi berkisar antara 2,1-8,5% dan kelainan ini masih merupakan penyebab kematian ibu nomor dua  tertinggi (24%), setelah  pendarahan (Depkes RI, 2001). Untuk angka kejadian di RSUP Sanglah Denpasar, periode 2002-2003 dilaporkan  kejadian  preeklamsi  sebesar  5,83%  (Oka  dan  Surya,  2004),  pada periode  2004-2005 sebesar 6,06% (Sudarmayasa  dan  Surya,  2006),   sementara pada periode 2009-2010, dilaporkan sebesar 7,31% (Lidapraja dan Surya, 2011).
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preklampsia berat. Pembagian preeklampsia menjadi beratdan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma (Sarwono, 2010).
Peningkatan  jumlah penduduk di Indonesia dapat menimbulkan  masalah  baik bagi  pemerintah  maupun  masyarakat  karena  sangat  erat  hubungannya  dengan kondisi  ekonomi  dan  kualitas  sumber  daya  manusia.  Perkembangan  penduduk yang  terlalu  cepat  akan  menghambat  perkembangan  ekonomi.  Oleh  karena  itu perbaikan  ekonomi  tidak  dapat  dipisahkan  dari  Program  Keluarga  Berencana (PKB) (Hanafi Hartanto, 2004).
Dalam mensukseskan tujuan pembangunan kesehatan, masyarakat tidak dapat berdiri  sendiri.  Sebagai  subyek  utama  dari  pembangunan  kesehatan,  masyarakat perlu  mempunyai  prakarsa  dalam  upaya  meningkatkan  kesehatannya. Keberhasilan  pelaksanaan  PKB  tidak  terlepas  dari  latar  belakang  pendidikan, sosial dan ekonomi masyarakat (Edi Suharto, 2005).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul laporan kasus asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan Forceps Ekstraksi, Preeklampsia Ringan dan Metode Operative Wanita.

B.     Tujuan
1.        Tujuan Umum
Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi kandidat bidan dalam mengaplikasikan ilmu diperkuliahan agar menjadi bidan yang profesional.
2.        Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mengetahui pengkajian secara sistematis yang dilakukan pada ibu post partum dengan Forceps Ekstraksi, Preeklampsia Ringan dan Medis Operatif Wanita di Ruang Bakung Timur RSUP Sanglah Denpasar.
b.      Mahasiswa mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan pada ibu post partum dengan Forceps Ekstraksi, Preeklampsia Ringan dan Medis Operatif Wanita di Ruang Bakung Timur RSUP Sanglah Denpasar.
c.       Mahasiswa mengetahui diagnosis pada ibu post partum dengan Forceps Ekstraksi, Preeklampsia Ringan dan Medis Operatif Wanita di Ruang Bakung Timur RSUP Sanglah Denpasar.
d.      Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan pada ibu post partum dengan Forceps Ekstraksi, Preeklampsia Ringan dan Medis Operatif Wanita di Ruang Bakung Timur RSUP Sanglah Denpasar.

C.    Manfaat
1.        Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2.        Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan Forceps Ekstraksi, Preeklampsia Ringan dan Medis Operatif Wanita.
3.        Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan Forceps Ekstraksi, Preeklampsia Ringan dan Medis Operatif Wanita.
4.        Bagi Klien
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa nifas.



BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Masa Nifas
1.        Pengertian
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).
2.        Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a.       Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
b.      Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c.       Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).
3.        Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan kesejahtaraan fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu, mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta meyakinkan ibu mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009).
4.        Perubahan fisiologis pada masa nifas
a.       Perubahan sistem reproduksi
Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhan disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh  lactogenic hormone  dari kelenjer hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mammae.
1)      Uterus
Tinggi fundus dan kontraksi uterus, akibat proses involusi TFU mengalami penurunan sampai keadaan sebelum hamil. Kontraksi keras pada uterus berarti baik, dan sebaliknya.
Involusi uterus
TFU
Hari ke-1
Setinggi pusat
Hari ke-2
1-2 jari dibawah pusat
Hari ke-3
Pertengahan simpisis
Hari ke-7
3 jari diatas simpisis
Hari ke-9
1 jari diatas simpisis
Hari ke-10 atau ke-12
Tidak teraba dari luar
Sumber : Sarwono, 2007
2)      Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas.   Jenis – Jenis Lochea menurut Suherni (2009), yaitu :
1)      Lochea rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua, vernix caseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.
2)      Lochea sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lender. Ini terjadi pada hari ke – 3 – 7 pasca persalinan.
3)      Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke – 7 – 14 pasca persalinan.
4)      Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca persalinan.
5)      Lochea parulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6)      Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya.
3)      Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).
4)      Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak mengangah seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin (Sulistyawati, 2009).
b.      Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama persalinan. Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perinium, jangan sampai lepas dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan tiga sampai empat hari setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).
c.       Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala dua dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan (Rahmawati, 2009).
d.      Perubahan sistem muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah melahirkan. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retropleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).
e.       Perubahan tanda-tanda vital
1)      Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Nila suhu lebih dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada klien.
2)      Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat terjadi Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas. Mungkin ada pendarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh.
3)      Pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
4)      Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009)

B.     Forceps Ekstraksi
1.      Pengertian
Ekstraksi cunam/forceps adalah suatu persalinan buatan dimana  janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. Ekstraksi cunam/forceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat cunam. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin (Rustam Mochtar, 2007).
2.      Fungsi Cunam/Forceps
a.       Traksi, yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang disebabkan oleh karena satu dan lain hal.
b.      Koreksi, yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil di kiri atau dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (di bawah simfisis pubis).
c.       Kompresor, untuk menambah moulage kepala (Rustam Mochtar, 2007).
3.      Syarat-syarat
Syarat khusus menurut Rustam Mochtar (2007) sebagai berikut:
a.       Pembukaan lengkap
b.      Selaput ketuban telah pecah atau dipecahkan
c.       Presentasi kepala dan ukuran kecil cakap cunam
d.      Tidak ada kesempitan panggul
e.       Anak hidup (termasuk dengan kondisi gawat janin)
f.       Penurunan H III + H III-IV (Puskesmas H IV/dasar panggul).
g.       Kontraksi baik
h.      Ibu tidak gelisah kooperatif
4.      Indikasi dan Kontra Indikasi
a.       Indikasi
1)      Gawat janin yang membutuhkan persalinan segera
2)      Kala dua yang memanjang
3)      Kondisi ibu dengan kontra indikasi untuk meneran
4)      Kondisi yang membutuhkan kala dua diperpendek
5)      Kelelahan ibu
b.      Kontraindikasi - Absolut
1)      Bukan presentasi belakang kepala, presentasi muka atau dahi
2)      Kepala belum masuk pintu atas panggul
3)      Pembukaan serviks tidak lengkap
4)      Bukti klinis adanya CPD
5)      preterm atau TBJ <>
6)      penurunan kepala di panggul tengah
7)      tidak kooperatif (Rustam Mochtar, 2007).

C.    Preeklampsia
1.      Pengertian
Preeklampsia  adalah  penyakit  yang  ditandai  dengan  adanya  hipertensi, proteinuria  dan   edema  yang  timbul  selama  kehamilan  atau  sampai  48  jam postpartum.  Umumnya  terjadi  pada  trimester  III  kehamilan.  Preeklampsia  dikenal juga dengan sebutan  Pregnancy Incduced Hipertension  (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan  (Maryunani,  dkk,  2012).
2.      Etiologi
Penyebab  timbulnya  preeklampsia  pada  ibu  hamil  belum  diketahui  secara pasti,  tetapi  pada  umum  nya  disebabkan  oleh  (vasospasme  arteriola).  Faktor-faktor lain  yang  diperkirakan  akan  mempengaruhi  timbulnya  preeklampsia  antara  lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, dkk, 2012).
3.      Klasifikasi Preeklampsia
Pembagian preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, berikut ini adalah penggolongannya (Rukiyah dan Yulianti, 2010):
a.       Preeklampsia Ringan
Preeklampsia  ringan  adalah  timbulnya  hipertensi  disertai  proteinuria  dan  atau edema setelah umur kehamilan 20  minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini  dapat  timbul  sebelum  umur  kehamilan  20  minggu  pada  penyakit  trofoblas, penyebab preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas, penyakit ini dianggap sebagai  “maladaptation  syndrome”  akibat  vasospasme  general  dengan  segala akibatnya. Gejala preeklampsia ringan meliputi:
1)      Kenaikan  tekanan  darah  sistolik  antara  140-160  mmHg  dan  tekanan  darah diastolik 90-110 mmHg
2)      Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam
3)      Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
4)      Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ
b.      Preeklampsia Berat
Preeklampsia  Berat  adalah  suatu  komplikasi  kehamilan  yang  ditandai  dengan timbulnya  hipertensi  160/110  mmHg  atau  lebih  disertai  proteinuria  dan  atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala klinis preeklampsia berat meliputi:
1)      Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg
2)      Trombosit <100.000 /mm3
3)      Proteinuria  (  >3  gr/  liter/24  jam)  atau  positif  3  atau  4,   pada  pemeriksaan kuantitatif bisa disertai dengan:
4)      Oliguria (urine < 400 ml/24 jam)
5)      Keluhan serebral, gangguan pengelihatan
6)      Nyeri abdomen
7)      Gangguan fungsi hati
8)      Gangguan perkembangan Intrauterin
4.      Patofisiologi
preeklampsia merupakan suatu disfungsi atau kerusakan sel endotel vaskuler secara menyeluruh dengan penyebab multifaktor, seperti: imunologi, genetik, nutrisi (misalnya defisiensi kalsium) dan lipid peroksidasi. Kemudian berlanjut dengan gangguan keseimbangan hormonal prostanoid yaitu peningkatan vasokonstriktor (terutama tromboxan) dan penurunan vasodilator (prostasiklin), peningkatan sensitivitas terhadap vasokonstriktor agregasi platelet (trombogenik), koagulopati dan aterogenik. Perubahan level seluler dan biomolekuler di atas telah dideteksi pada umur kehamilan 18-20minggu, selanjutnya sekurang-kurangnya umur kehamilan 24 minggu dapat diikuti perubahan/ gejala klinis seperti hipertensi, oedema dan proteiuria. Awalnya adalah defisiensi invasi sel-sel trofoblas atas arteri spiralis pada plasenta yang dimediasi/ dipengaruhi proses imunologis, dan hal ini mengakibatkan gangguan perfusi unit fetoplasental. (Abadi et al, 2008).
5.      Anti Konvulsan
a.       MgSO4
Cara pemberian MgSO4:
1)      Dosis awal :
a)      MgSO4 4 gr I.V sebagai larutan 20% atau 40 % selama 5 menit
b)      Segera diberikan larutan MgSO4 6 gr di larutkan dalam cairan infus RL 500 ml diberikan sekama 6 jam (untuk MgSO4 40%, maka 10 cc IV dan 15 cc drip)
c)      Jika kejang berulang setelah 15 menit berikan Mg SO4 2 gr IV selam 2 menit
2)      Dosis pemeliharaan
a)      MgSO4 1-2 gr per jam perinfus
b)      Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir
c)      Berikan MgSO4 bila
d)     Frekuensi pernapasan >16 X/mnt
e)      Reflek patela (+)
f)       Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
3)      Berhentikan pemberian MgSO4 jika :
a)      RR < 16 X/mnt
b)      Refleks patela (-)
c)      Urin < 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
4)      Antidotum
a)      Jika terjadi henti napas lakukan ventilas
b)      Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%) pelan-pelan sampai napas mulai lagi
b.      Diazepam
Diazepam digunakan hanya jika MgSO4 tidak ada
Pemberian intravena
1)      Dosis awal
a)      Diazepam 20 mg IV pelan-pelan selama 20 menit
b)      Jika kejang berulang dosisi awal
2)      Dosis pemeliharaan:
a)      Diazepam 40 mg dalam larutan RL 500 cc perinfus
b)      Jangan berikan dosis > 100mg / 24 jam.

3)      Pemberian melalui rektum :
a)      Jika pemberian IV tidak dimungkinkan diasepam dapat diberikan per rektal dengan dosis awal 20 mg dengan semprit 10 ml tanpa jarum.
b)      Jika konvulsi dalam 10 menit beri tambahan 10 mg/ jam tergantung pada berat pasien dan respon klinik.

D.    Medis Operatif Wanita (MOW)
1.      Pengertian
Kontrasepsi  merupakan  suatu  usaha  untu  mencegah  kehamilan.  Alat kontrasepsi  ini  ada  yang  berjangka  pendek  dan  berjangka  panjang  (Sri Handayani, 2010).
MOW (Medis  Operatif  Wanita)   adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas   atau   kesuburan   perempuan   dengan  mengokulasi   tuba fallopi   (mengikat   dan  memotong   atau  memasang  cincin)   sehingga sperma   tidak   dapat   bertemu   dengan   ovum  (Noviawati   dan Sujiayatini,  2009).
Tubektomi  adalah  prosedur  bedah  sukarela  untuk menghentikan  fertilitas  atau  kesuburan  perempuan  dengan mengokulasi  tuba  fallopi  (mengikat  dan memotong  atau  memasang cincin)  sehingga  sperma  tidak  dapat  bertemu  dengan  ovum (Noviawati  dan  Sujiayatini,  2009). Jadi,  dasar   dari  MOW   ini  adalah   mengokulasi tubafallopi   sehingga   spermatozoa   dan   ovum  tidak  dapat  bertemu (Hanafi, 2004)
2.      Program MOW
Program MOW sendiri dibagi menjadi 2 yaitu diantaranya:
a.       Program rumah sakit
1)   Pelaksanaan MOW pasca operasi /pasca melahirkan
2)   Mempunyai penyakit ginekologi
b.      Reguler: MOW dapat dilakukan pada masa interval
3.      Syarat melakukan MOW (Medis Operatif Wanita)
Syarat   dilakukan   MOW  yaitu  sebagai berikut:
a.       Syarat Sukarela
Syarat   sukarela   meliputi   antara   lain   pengetahuan   pasangan tentang   cara   cara   kontrasepsi   lain,   resiko   dan   keuntungan kontrasepsi mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2005)
b.      Syarat Bahagia
Syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan harmonis,  umur   istri   sekurang  kurangnya  25  dengan   sekurang  kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun (Wiknjosastro, 2005)
c.       Syarat Medik
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat memenuhi  syarat  kesehatan,  artinya  tidak  ditemukan  hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap. Pemeriksaan   seorang   dokter   diperlukan   untuk  dapat memutuskan   apakah   seseorang  dapat  menjalankan  kontrasepsi mantap.  Ibu  yang  tidak  boleh  menggunakan  metode  kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengalami peradangan dalam rongga  panggul,  obesitas  berlebihan  dan  ibu  yang  sedang  hamil atau dicurigai sedang hamil (BKKBN, 2006)



BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM
HARI KE-I DENGAN FORCEPS EKSTRAKSI, PREEKLAMPSIA
RINGAN  DAN MEDIS OPERATIF WANITA
DI RUANG BAKUNG TIMUR RSUP SANGLAH DENPASAR
Tanggal pengakjian     : Sabtu, 15 November 2014
Jam                              : 17.00 WITA
Tempat pengkajian      : Ruang Bakung Timur

A.      SUBJEKTIF DATA
1.    Identitas pasien

Istri
Suami
Nama              
Umur              
Agama            
Suku/ Bangsa 
Pendidikan
Pekerjaan        
Alamat           
Ny. H
40 Tahun
Islam
Jawa/Indonesia
SMP
Ibu Rumah Tangga
BR Mandar Cupel Negara Kab. Jembrana Bali
Tn. I
49 Tahun
Islam
Jawa/Indonesia
SMP
Swasta
BR Mandar Cupel Negara Kab. Jembrana Bali

2.    Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah seperti saat menstruasi serta nyeri pada luka jahitan sejak setelah melahirkan 8 jam yang lalu.




3.      Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama umur 20 tahun dengan suami sekarang sudah 20 tahun.

4.      Riwayat Obtetri
PIVA0
No
Tahun
Kehamilan
Persalinan
Bayi
Penyulit
Nifas
Ket.
UK
Penyu-
lit
UK
Cara
Tempat/
Penolong
Penyu-
lit
BB
PB
Seks
Keadaan
Lahir
1.
1994
39 mgg
-
39 mgg
Spt
BK
BPM /
Bidan
Tdk ada
3500
gram
50
cm
Lk
Normal
Hidup
-
-
2.
2000
40 mgg
-
40 mgg
Spt
BK
BPM /
Bidan
Tdk ada
4200
gram
52
cm
Pr
Normal
Hidup
-
-
3.
2007
39 mgg
-
39 mgg
Spt
BK
BPM /
Bidan
Tdk ada
4000
gram
51
cm
Pr
Normal
Hidup
-
-
4.
2014
41 mgg
-
41 mgg
FE
RS / Dokter
PE
4000
gram
52
cm
Pr
Normal
Hidup
-
-

5.      Riwayat Persalinan Sekarang
a.         Umur kehamilan saat melahirkan: 41 minggu
b.        Tanggal / jam melahirkan             : Sabtu, 15 November 2014 /
  08.00 WITA
c.         Tempat / penolong                       : Rumah Sakit / Dokter
d.        Lama proses persalinan
Kala I                                           : ± 10 jam
Kala II                                          : 40 menit
Kala III                                        : 15 menit
e.         Cara persalinan                             : Forceps Ekstraksi
f.         Penyulit saat persalinan                : Preeklampsia Ringan
g.        Tindakan saat persalinan
Pelebaran jalan lahir                     : Ya
Penjahitan jalan lahir                    : Derajat 2



h.        Keadaan bayi                               : Hidup, Segera menangis
JK    : Perempuan
BB   : 4000 gram
PB    : 52 cm

6.      Riwayat Keluarga Berencana
a.         Jenis                     : -
b.        Lama                    : -
c.         Masalah                : -

7.      Riwayat kesehatan
a.         Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan menderita tekanan darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu, ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti Asma, Diabetes Mellitus dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS serta tidak ada riwayat kembar.
b.        Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti Asma, Diabetes Mellitus dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS serta tidak ada riwayat kembar.

       8.    Pola Kebutuhan Sehari-hari
a.       Nutrisi      
1)   Jenis                             : Nasi, Lauk pauk, sayur-sayuran,      
                                           buah-buahan dan lainnya
2)   Porsi                            : 1 piring
3)   Frekuensi                     : 2 kali sejak setelah melahirkan
4)   Masalah                       : Tidak ada
b.      Eliminasi                         
1)    BAB                           
a)      Frekuensi                           : 1 kali sejak setelah melahirkan
b)      Konsistensi                        : Lembek
c)      Warna                                : Kuning kecoklatan
d)     Masalah                             : Tidak ada
2)    BAK  
a)      Dower Cateter                  : Terpasang
b)      Volume                             : 400 cc sejak setelah melahirkan
c)      Warna                                : Kuning bercampur darah
d)     Masalah                             : Tidak ada
c.       Personal Hygiene
1)      Frekuensi mandi                     : Hanya diseka
2)      Frekuensi gosok gigi              : 2 kali sehari
3)      Frekuensi ganti pakaian         : Sesuai kebutuhan
d.      Aktifitas                                       : Miring kiri/kanan dan duduk.
e.       Pola stirahat/ Tidur
1)   Lama                                       : 4 jam sejak setelah melahirkan
2)   Masalah                                   : Tidak ada
f.       Pola seksual
Selama masa nifas ibu tidak melakukan hubungan seksual.
g.      Pemberian ASI
1)      Kapan pemberian ASI           : 1 jam setelah lahir
2)      Frekuensi menyusui               : 1 jam sekali
3)      Masalah                                  : Tidak ada

9.    Data Psikologis, sosial dan spiritual
a.       Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya : Senang
b.      Tanggapan ibu terhadap perubahan fisiknya                     : Baik
c.       Tanggapan ibu terhadap proses persalinan                        : Tidak mudah
d.      Pengetahuan ibu terhadap perawatan bayi                        : Dari orang
  tua dan Bidan
e.       Pengambil keputusan dalam keluarga                               : Suami
f.       Hubungan sosial ibu dengan keluarga                               : Baik
g.      Orang yang membantu merawat bayi                               : Orang Tua
h.      Adat kebiasaan yang berkaitan dengan perawatan bayi   : Tasmiyah,
  dan Aqiqah
i.        Kegiatan spiritual yang dilakukan pada masa nifas          : Berdoa

B.       OBJEKTIF DATA
1.    Pemeriksaan umum
a.    Keadaan Umum     : Baik
b.    Kesadaran               : Composmentis
c.    Berat badan                        : 71 kg
d.   Tinggi                     : 159 cm
e.    Tanda Vital             : Tekanan Darah          : 160/100 mmHg
  Suhu                          : 36,6 ºC
                                Respirasi                    : 20 x/menit
  Nadi                          : 80 x/menit
f.     Skala Nyeri             : 1-3, Ibu merintih namun masih bisa tersenyum.
2.    Pemeriksaan Khusus
a.    Inspeksi


Kepala      
:
Kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak rontok dan tidak ada ketombe.
Muka        
:
Tidak tampak pucat, tidak tampak oedema.
Mata         
:
Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat
Telinga    
:
Simetris, tidak ada pengeluaran serumen.
Hidung    
:
Tidak tampak pergerakan cuping hidung, tidak ada polip dan tidak ada pengeluaran secret.
Mulut       
:
Bibir tidak pucat, tidak sariawan, tidak pecah-pecah.
Leher        
:
Tidak tampak pembesaran vena jugularis dan pembengkakkan kelenjar tiroid.
Dada
:
Tidak ada retraksi dada saat inspirasi dan ekspirasi.
Mamae
:
Simetris, puting susu menonjol.
Abdomen
:
Tidak ada jaringan parut bekas operasi.
Genetalia
:
Tampak selang DC, pengeluaran cairan berwarna merah (Lochea Rubra), tampak luka bekas pelebaran dan penjahitan jalan lahir, perdarahan normal, tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada luka seperti keluar nanah, panas dan berbau.
Tungkai
:
 Simetris, tampak oedem dan tidak tampak varises.

b.  Palpasi


Leher
:
Tidak teraba pembesaran vena jugularis dan  pembengkakkan kelenjar tiroid.
Mamae
:
Tidak ada nyeri tekan atau massa, terdapat pengeluaran colostrum.
Abdomen
:
TFU teraba 2 jari dibawah pusat
Tungkai
:
Teraba oedem dan tidak teraba varises.
c.    Perkusi
Reflek Patella         : kiri / kanan, (+) / (+)
Cek Ginjal              : kiri / kanan, (-) / (-)

3.    Pemeriksaan Penunjang Tanggal 16 November 2014
WBC                           : 16 /UI            nilai normal     : 4,10 – 11 /UI
Hemoglobin                 : 13,2 gr/dl       nilai normal     : 12-16 gr/dl
PLT                             : 317 /UI          nilai normal     : 140-440 /UI
Protein Urine               : Negatif (-)     nilai normal     : Negatif (-)
HCT                            : 42,3 %           nilai normal     : 36-46 %

C.      ANALISA DATA
1.    Diagnosa Kebidanan   : PIVA0 post partum hari ke-I dengan Forceps
Ekstraksi, Preeklampsia Ringan dan Medis Operatif Wanita (MOW)
2.    Masalah                       : Tidak ada
3.    Kebutuhan                   : KIE, Health Education dan Kolaborasi dengan
dokter
D.      PENATALAKSANAAN
1.    Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik, TD: 160/100 mmHg, N: 80 x/menit, R: 20 x/menit, T: 36,6oC, TFU: 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, pengeluaran darah normal (Lochea Rubra), luka jahitan tidak terdapat tanda-tanda infeksi, teraba oedem dibagian tungkai.
“Ibu mengetahui hasil pemeriksaan”

2.      Memberitahu ibu bahwa nyeri perut yang dirasakan adalah normal, hal tersebut karena uterus berkontraksi untuk proses pengembalian kedalam bentuk seperti sebelum hamil.
“Ibu mengerti penyebab keluhan”

3.      Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara menarik nafas dalam melalui hidung, kemudian menghembuskan secara perlahan melalui mulut dan mengompres bagian yang nyeri dengan air hangat.
“Ibu mengetahui teknik relaksasi”

4.      Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, semau bayi paling sedikit 8 kali sehari. Jika bayi tidur lebih dari 3 jam bangunkan lalu susui, menyusui sampai payudara terasa kosong lalu pindah ke payudara sisi lain.
“Ibu bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan”

5.      Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama pada daerah genetalia dengan cara :
a.    Cebok dari arah depan ke belakang dengan air bersih.
b.    Mengganti pembalut sesering mungkin jika terasa penuh agar tidak terjadi pertumbuhan bakteri.
“Ibu bersedia menjaga kebersihan diri”


6.      Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas:
a.    Perdarahan lewat jalan lahir yang banyak.
b.    Keluar cairan berbau dari jalan lahir.
c.    Demam hingga menggigil.
d.   Sakit kepala yang hebat atau menetap.
e.    Bengkak di muka, tangan dan kaki.
f.     Nyeri perut hebat. nyeri atau panas di daerah tungkai.
g.    Payudara bengkak, berwarna kemerahan dan sakit disertai puting lecet.
h.    Ibu mengalami depresi (antara lain, menangis tanpa sebab dan tidak peduli dengan anaknya).
 “Ibu mengetahui dan mengerti tanda bahaya pada masa nifas”

7.      Memberitahu ibu tentang tanda-tanda infeksi luka laserasi, seperti:
a.    Rasa nyeri pada daerah luka
b.    Terasa panas
c.    Terjadi pembengkakkan
d.   Terjadi perubahan fungsi organ
e.    Mengeluarkan nanah atau cairan yang berbau
“Ibu mengetahui dan mengerti tanda infeksi pada luka laserasi”

8.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat, yaitu:
a.    Dosis lanjutan : IVFD MgSO4 40% 6 gr dalam D5% 500 cc
b.    Amoxicillin            3x500 mg tab
c.    Asam Mefenamat   3x500 mg tab
d.   Sulfas Ferosus        2x30 mg tab

9.      Rencana Pro MOW tanggal 17 November 2014



No
Hari, Tanggal / Jam
Catatan Perkembangan
1.
Senin, 17 November 2014
20.00 WITA
S:
Ibu mengatakan nyeri luka operasi berkurang
O :
-       k/u : baik     Kesadaran : CM
-       Kontraksi uterus baik
-       TFU 2 jari dibawah pusat
-       Lochea Rubra, tanda-tanda infeksi luka perineum (-), perdarahan aktif (-)
-       TD :130/80 mmHg, N : 80 x/menit
R  : 20 x/menit, T : 36,8oC
A :
PIVA0 post partum hari ke III dengan Forceps Ekstraksi, Preeklampsia ringan dan post Bilateral Tubectomy Uchida hari ke I
P :
-       Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
-       Mengajarkan ibu teknik relaksasi
-       Menganjurkan ibu makan/minum yang bergizi
-       Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri terutama daerah genetalia

2.
Selasa, 18 November 2014
07.00 WITA
S:
Ibu mengatakan nyeri luka operasi berkurang
O :
-          k/u : baik     Kesadaran : CM
-          Kontraksi uterus baik
-          TFU 2 jari dibawah pusat
-          Lochea Rubra, tanda-tanda infeksi luka perineum (-), perdarahan aktif (-)
-          TD :140/100 mmHg, N : 88 x/menit
     R  : 24 x/menit, T : 36,9oC
-          BAB/BAK : +/+
A :
PIVA0 post partum hari ke IV dengan Forceps Ekstraksi, Preeklampsia ringan dan post Bilateral Tubectomy Uchida hari ke II
P :
-          Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
-          Mengajarkan ibu teknik relaksasi
-          Menganjurkan ibu makan/minum yang bergizi
-          Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri terutama daerah genetalia
-          Kolaborasi dengan dokter  untuk pemberian terapi lanjutan:
IVFD RL 20 tpm
Nifedipine                  3x10 mg tab
Amoxicillin                3x500 mg tab
Asam Mefenamat       3x500 mg tab
Sulfas Ferosus            2x30 mg tab




BAB IV
PEMBAHASAN
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009). Ekstraksi cunam/forceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala  pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat cunam. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin.
Preeklampsia  adalah  penyakit  yang  ditandai  dengan  adanya  hipertensi, proteinuria  dan   edema  yang  timbul  selama  kehamilan  atau  sampai  48  jam postpartum.  Umumnya  terjadi  pada  trimester  III  kehamilan.  Preeklampsia  dikenal juga dengan sebutan  Pregnancy Incduced Hipertension  (PIH) gestosi s atau toksemia kehamilan  (Maryunani,  dkk,  2012). MOW   (Medis  Operatif  Wanita)   /  MOW  atau   juga  dapat disebut   dengan   sterilisasi.   MOW  merupakan   tindakan   penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan,  oleh karena itu gairah seks wanita tidak akan turun (BKKBN, 2006).
Pada hari Sabtu 15 November 2014, Ny. H masuk ke ruang rawat inap Bakung Timur dari VK Bersalin RSUP Sanglah Denpasar bersama dengan suaminya. Ibu mengatakan nyeri perut bagian  bawah serta nyeri luka jahitan sejak setelah melahirkan 8 jam yang lalu. Ibu melahirkan anak ke-4 pukul 08.00 WITA jenis persalinan forceps ekstraksi dengan penyulit preeklampsia ringan, bayi lahir segera menangis JK : perempuan, BB : 4000 gram dan PB 52 cm. Pada hasil pemeriksaan diketahui keadaan umum pada tekanan darah ibu 160/100 mmHg, hasil palpasi bengkak pada tungkai. Memberitahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan dan mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi keluhan ibu serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi IVFD MgSO4 40% 6 gr, Amoxicillin, Asam Mefenamat, Sulfas Ferosus  dan Nifedipine. Dokter menganjurkan ibu untuk melakukan metode kontrasepsi mantap yaitu medis operatif wanita (MOW) karena umur ibu 40 tahun merupakan risiko tinggi apabila ibu hamil lagi. Ibu dan suami menyetujui setelah dilakukan KIE, rencana Pro MOW Senin 17 November 2014.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. H umur 40 tahun PIVA0 post partum dengan forceps ekstraksi, preeklampsia ringan dan MOW mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, analisa data serta penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada.



BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.
2.      Sabtu 15 November 2014, Ny. H masuk ke ruang rawat inap Bakung Timur. Ibu melahirkan 8 jam yang lalu, jenis persalinan forceps ekstraksi dengan penyulit preeklampsia ringan, bayi lahir segera menangis JK : perempuan, BB : 4000 gram dan PB 52 cm. Rencana Pro MOW Senin 17 November 2014 berdasarkan persetujuan ibu dan suami serta karena umur ibu masuk kategori risiko tinggi apabila hamil.
3.      Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. H umur 40 tahun PIVA0 post partum dengan forceps ekstraksi, preeklampsia ringan dan MOW mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, analisa data serta penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada.

B.     Saran
1.      Bagi Institusi
Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2.      Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan khususnya pada ibu post partum dengan forceps ekstraksi, preeklampsia ringan dan MOW.
3.      Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan forceps ekstraksi, preeklampsia ringan dan MOW
4.      Bagi Klien
Diharapkan klien dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa nifas dengan preeklampsi berat.



DAFTAR PUSTAKA

BKKBN.2006. Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional Materi Konseling. Jakarta
Depkes  RI.  2001. Survei  Kesehatan  Rumah  Tangga  Tahun  2001.  Jakarta: Departement Kesehatan RI.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogya: Pustaka Rihanna.
Hartanto Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Maryunani,Anik.2012.Biologi reproduksi dalam kebidanan.Jakarta:Trans Info Media
Mochtar, Rustam, 2007. Sinopsis Obstetri. Jakarta, EGC
Noviawati,Dyah setia arum dan Sujiyatini. 2009.Panduan Lengkap Pelayanan KB
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP – SP.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sudarmayasa,  I.M.,  Surya,  I.G.P.  2006.  Profil  Penderita  Hipertensi  dalam Kehamilan  di  RSUP Sanglah  Denpasar  Periode  1  Januari  2004-31  Desember 2005. (tesis)  Program  Pendidikan  Dokter Spesialis  I  lab/SMF  Obstetri  dan Ginekologi FK UNUD/RSUP Denpasar. Denpasar : Universitas Udayana
Suharto,  Edi.  (2005).  Analisis  Kebijakan  Publik:  Panduan  Praktis  Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Jogjakarta : Fitramaya
Sulistyawati,Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.Jogjakarta: Andi Offset Terkini. Mitra cendekia : Jogjakarta.
Survei  Demografi  dan  Kesehatan  Indonesia  (SDKI)  2012
Wiknjosastro, H. 2005. dalam Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar