Rabu, 04 Mei 2016

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI RIWAYAT SECTIO CAESAREA DAN MEDIS OPERATIF WANITA (MOW)



LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA
ATAS INDIKASI RIWAYAT SECTIO CAESAREA
DAN MEDIS OPERATIF WANITA (MOW)
DI RUANG NIFAS RSUD DR H MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN



NAMA             : PUTRI MAYANG SARI
NIM                 : S.D IV.15.440




PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
TAHUN 2015


LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA
ATAS INDIKASI RIWAYAT SECTIO CAESAREA DAN
MEDIS OPERATIF WANITA (MOW)
DI RSUD DR H MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN


Banjarmasin, … Desember 2015

Pembimbing Pendidikan(CT)                         Pembimbing Lahan Praktik (CI)


Sismeri Dona, M. Keb                                    Irlida Jumini Yanti, Am.Keb
NIK                                                                  NIP 19710917 199303 2 005


LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA
ATAS INDIKASI RIWAYAT SECTIO CAESAREA DAN
MEDIS OPERATIF WANITA (MOW)
DI RSUD DR H MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN


Banjarmasin, … Desember 2015
Mengesahkan ,
Pembimbing Pendidikan(CT)                         Pembimbing Lahan Praktik (CI)


Sismeri Dona, M. Keb                                     Irlida Jumini Yanti, Am.Keb
NIK                                                                  NIP 19710917 199303 2 005

Mengetahui,
Koordinator I


Fitri Yuliana, SST
NIK 19.44.2010.044


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana berkat rahmad dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW) di ruang nifas RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan praktik klinik kebidanan yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.    Yayasan Indah Sari Mulia Banjarmasin
2.    Dr. H. R. Soedarto WW, Sp.OG selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin
3.    Adriana Palimbo, S.Si.T.,M.Kes  selaku Ketua Program Studi DIV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin
4.    Elvine Ivana Kabuhung, SST selaku bagian Praktik Klinik Program Studi DIV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin
5.    Sismeri Dona, M.Keb selaku Pembimbing Pendidikan (CT) Di Program Studi DIV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin
6.    Irlinda Jumini Yanti, Am.Keb selaku Pembimbing Lahan Praktik (CI) Di Ruang Nifas RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
7.    Kakak-kakak bidan dan perawat serta teman-teman yang telah memberi banyak masukan dalam laporan ini


Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.


Banjarmasin, Desember 2015

Penulis


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................  i
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................  ii
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................   iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................  iv    
DAFTAR ISI    ...................................................................................................  vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
          A. Latar Belakang...................................................................................  1    
          B. Tujuan.................................................................................................   4    
          C. Manfaat    ...........................................................................................  4
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................   6    
          A. Masa Nifas .........................................................................................  5
1. Pengertian........................................................................................ 5
2. Tahapan Masa Nifas....................................................................... 5
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas............................................................. 5
4. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas....................................... 6
B. Sectio Caesarea................................................................................. 9
1. Pengertian....................................................................................... 9
2. Indikasi.............................................................................................10
3. Komplikasi...................................................................................... 11
4. Penatalaksanaan........................................................................... 11    
C. Medis Operatif Wanita (MOW)......................................................... 12
1. Pengertian...................................................................................... 12
2. Program MOW............................................................................... 13
3. Syarat Melakukan MOW .............................................................. 13
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................   14
          A. Data Subjektif.................................................................................... 14
          B. Data Objektif...................................................................................... 17
          C. Analisa Data...................................................................................... 19
          D. Penatalaksanaan.............................................................................. 19
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 23
BAB V PENUTUP............................................................................................ 25
          A. Kesimpulan........................................................................................ 25
          B. Saran.................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kelahiran sang buah hati tentunya menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh setiap ibu hamil, namun tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan normal. Hal tersebut harus melihat kondisi ibu maupun janin benar-benar mampu untuk bersalin normal, apabila terindikasi ataupun terancam jiwa baik ibu maupun bayi maka persalinan dengan tindakanpun harus dilakukan demi menyelamatkan keduanya.
Peningkatan angka sectio caesarea terus terjadi di Indonesia. Meskipun dictum “Once a Caesarean always a Caesarean” di Indonesia tidak dianut, tetapi sejak dua dekade terakhir ini telah terjadi perubahan tren sectio caesareadi Indonesia. Dalam 20 tahun terakhir ini terjadi kenaikan proporsi sectio caesarea dari 5% menjadi 20%. Menurut Depkes RI (2010) secara umum jumlah persalinan sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20 – 25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30 – 80% dari total persalinan. Peningkatan ini disebabkan oleh teknik dan fasilitas operasi bertambah baik, operasi berlangsung lebih asepsis, teknik anestesi bertambah baik, kenyamanan pasca operasi dan lama perawatan yang menjadi lebih singkat. Di samping itu morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal dapat diturunkan secara bermakna (Dewi, 2007).
Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian. WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi sesar hanya sekitar 10-15 % dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun bayi. (Andon, 2008).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara  berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas (Maritalia, 2012).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sulistyawati, 2009).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2010, penyebab langsung kematian ibu di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28%, eklampsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan abortus 5%. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu di Indonesia adalah usia yang terlalu muda, usia yang terlalu tua saat melahirkan, terlalu sering melahirkan dan terlalu banyak anak yang dilahirkan atau yang sering disebut dengan istilah empat terlalu. Dalam rangka menekan angka kelahiran yang menyangkut penyebab tidak langsung angka kematian ibu, pemerintah menganjurkan pada wanita atau laki-laki dengan kriteria tertentu untuk mengikuti program keluarga berencana dengan metode kontrasepsi mantab (SDKI, 2012).
Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi kependudukan yang ada pada saat ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian dan penanganan secara seksama, lebih sungguh-sungguh dan berkelanjutan (Handayani, 2010).
Indonesia merupakan negara dengan nomor urut ke empat dalam besarnya jumlah penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 230 juta jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) saat ini yaitu 1,35% atau 3,2 juta jiwa per tahun. Bila tanpa pengendalian yang berarti maka jumlah penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 249 juta jiwa pada tahun 2010 dan 293,7 juta jiwa pada tahun 2015.
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Medis Operatif Wanita (MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP). Medis Operatif Wanita (MOW) sering dikenal dengan tubektomi (sterilisasi) karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba fallopisehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan Medis Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan vasektomiyaitu memotong atau mengikat saluran vasdeferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasi (Handayani, 2010).
Data register selama penulis praktik klinik kebidanan di ruang nifas RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin terdapat sebanyak 15 kasus persalinan Sectio Caesarea dan sebanyak 23 kasus persalinan normal. Sedangkan data akseptor Keluarga Berencana dengan MOW sebanyak 4 orang. Oleh karena itu sebagai seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan kebidanan yang baik dan benar secara berkesinambungan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Penulis
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil kasus asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW) di Ruang Nifas RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.



B.    Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW) di Ruang Nifas RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif secara sistematis pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW) di Ruang Nifas RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
b.    Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW) di Ruang Nifas RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
c.    Mahasiswa mampu menganalisa data pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW) di Ruang Nifas RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
d.    Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW) di Ruang Nifas RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

C.   Manfaat
1.    Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2.    Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW)
3.    Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW)
4.    Bagi Pasien
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa nifas dengan sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan Medis Operatif Wanita (MOW)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Masa Nifas
1.      Pengertian
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).
2.      Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a.    Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
b.    Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c.    Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).
3.      Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan kesejahtaraan fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu, mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta meyakinkan ibu mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009).
4.      Perubahan fisiologis pada masa nifas
a.    Perubahan sistem reproduksi
Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhan disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh  lactogenic hormone  dari kelenjer hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mammae.
1)    Uterus
Tinggi fundus dan kontraksi uterus, akibat proses involusi TFU mengalami penurunan sampai keadaan sebelum hamil. Kontraksi keras pada uterus berarti baik, dan sebaliknya.
Involusi uterus
TFU
Hari ke-1
Setinggi pusat
Hari ke-2
1-2 jari dibawah pusat
Hari ke-3
Pertengahan simpisis
Hari ke-7
3 jari diatas simpisis
Hari ke-9
1 jari diatas simpisis
Hari ke-10 atau ke-12
Tidak teraba dari luar
Sumber : Sarwono, 2007
2)    Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas.   Jenis – Jenis Lochea menurut Suherni (2009), yaitu :
1)    Lochea rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua, vernix caseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.
2)    Lochea sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lender. Ini terjadi pada hari ke – 3 – 7 pasca persalinan.
3)    Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke – 7 – 14 pasca persalinan.
4)    Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca persalinan.
5)    Lochea parulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6)    Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya.
3)    Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).
4)    Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak mengangah seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin (Sulistyawati, 2009).
b.    Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama persalinan. Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perinium, jangan sampai lepas dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan tiga sampai empat hari setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).
c.    Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala dua dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan (Rahmawati, 2009).
d.    Perubahan sistem muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah melahirkan. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retropleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).
e.    Perubahan tanda-tanda vital
1)    Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Nila suhu lebih dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada pasien.
2)    Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat terjadi Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas. Mungkin ada pendarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh.
3)    Pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
4)    Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009)

B.    Sectio Caesarea
1.    Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2006)
Bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal (Dewi, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea adalah pengeluaran hasil konsepsi dengan cara pembedahan yang menembus abdomen sampai ke uterus.
2.    Indikasi
Berdasarkan waktu dan pentingnya dilakukan sectio caesarea, maka  dikelompokkan 4 kategori (Edmonds,2007) :
a.    Kategori 1 atau emergency
Dilakukan sesegera mungkin untuk menyelamatkan ibu atau janin. Contohnya abrupsio plasenta, atau penyakit parah janin lainnya.
b.    Kategori 2 atau urgent
Dilakukan segera karena adanya penyulit namun tidak terlalu mengancam jiwa ibu ataupun janinnya. Contohnya distosia.
c.    Kategori 3 atau scheduled
Tidak terdapat penyulit.
d.    Kategori 4 atau elective
Dilakukan sesuai keinginan dan kesiapan tim operasi.
Menurut Impey dan Child (2008), mengelompokkan 2 kategori, yaitu emergency dan elective Caesarean section. Disebut emergency apabila adanya abnormalitas pada power atau tidak adekuatnya kontraksi uterus. Passenger bila malaposisi ataupun malapresentasi. Serta Passage bila ukuran panggul sempit atau adanya kelainan anatomi.
a.    Indikasi Ibu
1)    Panggul Sempit Absolut
2)    Tumor yang dapat mengakibatkan Obstruksi
3)    Plasenta Previa
4)    Ruptura Uteri
5)    Disfungsi Uterus (Prawirohardjo, 2009)
6)    Solutio Plasenta
b.    Indikasi Janin
Kelainan Letak
1)    Letak Lintang
2)    Presentasi Bokong (Decherney,2007)
3)    Presentasi Ganda atau Majemuk (Prawirohardjo, 2009)
4)    Gawat Janin (Prawirohardjo, 2009).
5)    Ukuran Janin
c.    Indikasi Ibu dan Janin
1)    Gemelli atau Bayi Kembar
2)    Riwayat Sectio Caesarea
3)    Preeklampsia dan Eklampsia (Decherney,2007).
d.    Indikasi Sosial
3.    Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut Wiknjosastro (2002)
a.    Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
b.    Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c.    Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya
4.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
a.    Penatalaksanaan secara medis
1)    Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2)    Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
3)    Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
4)    Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
b.    Penatalaksanaan secara keperawatan
1)    Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
2)    Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3)    Mobilisasi
a)    Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali.
b)    Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
4)    Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah operasi (Bobak, 2004)

C.   Medis Operatif Wanita (MOW)
1.    Pengertian
Kontrasepsi  merupakan  suatu  usaha  untuK  mencegah  kehamilan.  Alat kontrasepsi  ini  ada  yang  berjangka  pendek  dan  berjangka  panjang  (Handayani, 2010).
MOW (Medis  Operatif  Wanita)   adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas   atau   kesuburan   perempuan   dengan  mengokulasi   tuba fallopi   (mengikat   dan  memotong   atau  memasang  cincin)   sehingga sperma   tidak   dapat   bertemu   dengan   ovum  (Noviawati   dan Sujiyatini,  2009).
Tubektomi  adalah  prosedur  bedah  sukarela  untuk menghentikan  fertilitas  atau  kesuburan  perempuan  dengan mengokulasi  tuba  fallopi  (mengikat  dan memotong  atau  memasang cincin)  sehingga  sperma  tidak  dapat  bertemu  dengan  ovum (Noviawati  dan  Sujiayatini,  2009). Jadi,  dasar   dari  MOW   ini  adalah   mengokulasi tubafallopi   sehingga   spermatozoa   dan   ovum  tidak  dapat  bertemu (Hartanto, 2004)
2.    Program MOW
Program MOW sendiri dibagi menjadi 2 yaitu diantaranya:
a.    Program rumah sakit
1)  Pelaksanaan MOW pasca operasi /pasca melahirkan
2)  Mempunyai penyakit ginekologi
b.    Reguler: MOW dapat dilakukan pada masa interval
3.    Syarat melakukan MOW (Medis Operatif Wanita)
Syarat   dilakukan   MOW  yaitu  sebagai berikut:
a.    Syarat Sukarela
Syarat   sukarela   meliputi   antara   lain   pengetahuan   pasangan tentang   cara   cara   kontrasepsi   lain,   resiko   dan   keuntungan kontrasepsi mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2005)
b.    Syarat Bahagia
Syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan harmonis,  umur   istri   sekurang  kurangnya  25  dengan   sekurang  kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun (Wiknjosastro, 2005)
c.    Syarat Medik
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat memenuhi  syarat  kesehatan,  artinya  tidak  ditemukan  hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap. Pemeriksaan   seorang   dokter   diperlukan   untuk  dapat memutuskan   apakah   seseorang  dapat  menjalankan  kontrasepsi mantap.  Ibu  yang  tidak  boleh  menggunakan  metode  kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengalami peradangan dalam rongga  panggul,  obesitas  berlebihan  dan  ibu  yang  sedang  hamil atau dicurigai sedang hamil (BKKBN, 2006)



BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian     : Selasa, 15 Desember 2015
Jam                             :  11.00 WITA
Tempat pengkajian     : Ruang Nifas

A.     DATA SUBJEKTIF
1.   Identitas pasien

Istri
Suami
Nama             
Umur              
Agama           
Suku/ Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan       
Alamat            
Ny. H
32 Tahun
Islam
Banjar/Indonesia
SD
Ibu Rumah Tangga
Desa Sungai Punggu Baru RT 8
Tn. Z
45 Tahun
Islam
Banjar/Indonesia
SMP
Swasta
Desa Sungai Punggu Baru RT 8

2.   Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri perut pada bagian luka bekas operasi pada jam 08.50 WITA, serta keluar darah melalui kemaluan cair merembes dan bergumpal sebanyak 1/3 bagian pampers ibu saat menggerakkan kaki.

3.    Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama umur 17 tahun dengan suami sekarang sudah 15 tahun.



4.    Riwayat Obtetri
PIVA0
No
Tahun
Kehamilan
Persalinan
Bayi
Penyulit
Nifas
Ket.
UK
Penyu-
lit
UK
Cara
Tempat/
Penolong
Penyu-
lit
BB
PB
Seks
Keadaan
Lahir
1.
2001
39 mgg
-
39 mgg
Spt
BK
RS/
Bidan
Tdk ada
2500
gram
49
cm
Lk
Normal
Hidup
-
-
2.
2006
40 mgg
-
40 mgg
SC
RS /
Dokter
Tdk ada
2300
gram
48
cm
Lk
Normal
Hidup
-
-
3.
2013
39 mgg
-
39 mgg
SC
RS /
Dokter
Tdk ada
2300
gram
50
cm
Lk
Normal
Hidup
-
-
4.
2015
Ini












5.    Riwayat Persalinan Sekarang
a.      Umur kehamilan saat melahirkan: 40 minggu
b.      Tanggal / jam melahirkan            : Selasa, 15 Desember 2015 /
  08.50 WITA
c.      Tempat / penolong                       : Rumah Sakit / Dokter
d.      Cara persalinan                            : Sectio Caesarea
e.      Penyulit saat persalinan               : Preeklamsi Berat
  Riwayat Sectio Caesarea 2 kali
f.       Keadaan bayi                               : Hidup, Segera menangis
JK    : Laki-laki
BB    : 3350 gram
PB    : 49 cm

6.    Riwayat Keluarga Berencana
a.      Jenis                     : Suntik 3 bulan
b.      Lama                    : 1 tahun
c.      Masalah               : tidak ada


7.    Riwayat kesehatan
a.      Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan menderita tekanan darah tinggi saat hamil, ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti Asma, Diabetes Mellitus dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS serta tidak ada riwayat kembar.
b.      Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti Asma, jantung, Diabetes Mellitus dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS serta tidak ada riwayat kembar.

8.   Pola Kebutuhan
Pukul 08.50 – 11.00 WITA
a.    Nutrisi       
      Selama menjalani perawatan ibu hanya diberikan nutrisi melalui cairan infus RL dan D5%
b.    Eliminasi                          
1)   BAB                                         : Ibu belum BAB
2)   BAK    
a)    Dower Cateter                  : Terpasang
b)    Volume                              : 700 cc sejak setelah operasi
c)    Warna                               : Kuning
d)    Masalah                            : Tidak ada
c.    Personal Hygiene
1)    Frekuensi mandi                    : Hanya diseka
2)    Frekuensi gosok gigi              : -
3)    Frekuensi ganti pakaian         : Sesuai kebutuhan
d.    Aktifitas                                        : Menggerakkan kaki
e.    Pola stirahat/ Tidur
Selama 2 jam post operasi ibu hanya istirahat selama 30 menit


f.     Pemberian ASI
Ibu belum memberikan ASI kepada bayi karena mobilisasi ibu 2 jam terakhir baru bisa menggerakkan kaki dan bayi masih dirawat di ruang bayi.

9.   Data Psikologis, sosial dan spiritual
a.    Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya: Senang
b.    Tanggapan ibu terhadap perubahan fisiknya                   : Baik
c.    Tanggapan ibu terhadap proses persalinan                      : Tidak mudah
d.    Pengetahuan ibu terhadap perawatan bayi                      : Orang tua
  Dan Bidan
e.    Pengambil keputusan dalam keluarga                             : Suami
f.     Hubungan sosial ibu dengan keluarga                              : Baik
g.    Orang yang membantu merawat bayi                              : Orang Tua
h.    Adat kebiasaan yang berkaitan dengan perawatan bayi : Tasmiyah,
  dan Aqiqah
i.      Kegiatan spiritual yang dilakukan pada masa nifas          : Berdoa

B.     DATA OBJEKTIF
1.   Pemeriksaan umum
a.   Keadaan Umum     : Baik
b.   Kesadaran              : Composmentis
c.   Berat badan            : 65 kg
d.   Tinggi                      : 150 cm
e.   Tanda Vital             : Tekanan Darah         : 120/90 mmHg
  Suhu                          : 36 ºC
                                Respirasi                   : 24 x/menit
  Nadi                           : 80 x/menit
Skala Nyeri             : 1-3, Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat
  berkomunikasi dengan baik
  Smeltzer, S.C bare B.G (2002)


2.   Pemeriksaan Khusus
a.   Inspeksi


Kepala      
:
Kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak rontok dan tidak ada ketombe.
Muka        
:
Tampak pucat, tidak tampak oedema.
Mata         
:
Simetris, sklera putih, konjungtiva pucat
Telinga    
:
Simetris, tidak ada pengeluaran serumen.
Hidung    
:
Tidak tampak pergerakan cuping hidung, tidak ada polip dan tidak ada pengeluaran secret.
Mulut       
:
Bibir tidak pucat, tidak sariawan, tidak pecah-pecah.
Leher        
:
Tidak tampak pembesaran vena jugularis dan pembengkakkan kelenjar tiroid.
Dada
:
Tidak ada retraksi dada saat inspirasi dan ekspirasi.
Mamae
:
Simetris, puting susu menonjol
Abdomen
:
Tampak luka bekas operasi dan tidak ada tanda-tanda infeksi
Genetalia
:
Tampak selang DC, pengeluaran darah cair sedikit merembes dan menggumpal sebanyak ± 500 ml
Tungkai
:
 Simetris, tampak oedem dan tidak tampak varises.

b. Palpasi


Leher
:
Tidak teraba pembesaran vena jugularis dan  pembengkakkan kelenjar tiroid.
Mamae
:
Tidak ada nyeri tekan atau massa, terdapat pengeluaran colostrum.
Abdomen
:
TFU teraba keras 2 jari dibawah pusat
Tungkai
:
Teraba oedem dan tidak teraba varises.
c.   Perkusi
Reflek Patella         : kiri / kanan, (+) / (+)
Cek Ginjal               : tidak dilakukan karena pasien belum bisa duduk



3.   Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 12 Desember 2015
Haemoglobin               : 6,4 gr/dl                     normal 11-16 gr/dl


C.   ANALISA DATA
1.   Diagnosa Kebidanan   : PIVA0 post Sectio Caesarea atas indikasi riwayat
  Sectio Caesarea 2kali dan Medis Operatif Wanita
  (MOW) hari ke-0
2.   Masalah                       : Anemia berat, nyeri perut luka bekas operasi
3.   Kebutuhan                   : KIE, Kolaborasi dengan Dokter

D.     PENATALAKSANAAN
1.    Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik, TD: 120/90 mmHg, N: 80 x/menit, R: 24 x/menit, T: 36oC, konjungtiva ibu pucat, TFU: 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, pengeluaran darah sebanyak 1/3 bagian pampers ibu dan HB : 6,4 gr/dl
“Ibu mengetahui hasil pemeriksaan”
2.    Memberitahu ibu bahwa ibu mengalami anemia berat dimana kadar haemoglobin dalam darah ibu <7 gr/dl
“Ibu mengetahui keadaan yang ibu alami”
3.    Memberitahu ibu bahwa nyeri perut yang dirasakan adalah pengaruh obat oksitosin yang dicampur kedalam infus untuk merangsang kontraksi uterus proses pengembalian uterus kedalam bentuk seperti sebelum hamil dan mencegah terjadinya perdarahan.
“Ibu mengerti penyebab keluhan”
4.    Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara menarik nafas dalam melalui hidung, kemudian menghembuskan secara perlahan melalui mulut dan mengompres bagian yang nyeri dengan air hangat.
“Ibu mengetahui teknik relaksasi”
5.    Mengobservasi keadaan umum ibu,vital sign dan jumlah pengeluaran darah pervaginam
6.    Membantu ibu dalam melakukan mobilisasi bertahap yaitu menggerak-gerakan kedua kaki ibu.
“Ibu mampu melakukan mobilisasi bertahap”
7.    Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter, yaitu:
a.   Cairan infus D5 % : RL,1:1 20 tetes/menit
b.   Drip Oksitosin 1 ampul dalam cairan RL 20 tetes/menit
c.   Drip Ketorolac 2x1 ampul dalam cairan RL 20 tetes/menit
d.   Injeksi ceftriaxone 2x1 gram per IV

CATATAN PERKEMBANGAN
No
Hari, Tanggal / Jam
Catatan Perkembangan
1.
Rabu, 16 Desember 2015
Dinas Pagi
S:
Ibu mengatakan nyeri luka operasi berkurang, pengeluaran darah pervaginam berkurang, sudah bisa duduk
O :
-          k/u : baik     Kesadaran : CM
-          Konjungtiva pucat
-          Kontraksi uterus baik
-          TFU 2 jari dibawah pusat
-          Lochea Rubra, tanda-tanda infeksi luka post operasi (-), perdarahan aktif (-)
-          TD :130/90 mmHg, N : 90 x/menit
R  : 21 x/menit, T : 37oC DC : 700 ml
A :
PIVA0 post Sectio Caesarea atas indikasi riwayat Sectio Caesarea 2kali dan Medis Operatif Wanita (MOW) hari ke-1 dengan anemia berat
P :
-          Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
-          Mengajarkan ibu teknik relaksasi
-          Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi makan dan minum ibu
-          Mengobservasi keadaan umum, tanda vital dan jumlah pengeluaran darah pervaginam
-          Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter, yaitu:
Injeksi ceftriaxone 2x1 gram per IV
Drip Oksitosin 1 ampul
Drip Ketorolac 2x1 ampul
Rencana transfusi darah 2 kolf
2.
Rabu, 17 Desember 2015
Dinas Malam
S:
Ibu mengatakan nyeri luka operasi berkurang, pengeluaran darah pervaginam sedikit, sudah bisa berjalan
O :
-          k/u : baik     Kesadaran : CM
-          Konjungtiva kemerahan
-          Kontraksi uterus baik
-          TFU 2 jari dibawah pusat
-          Lochea Rubra, tanda-tanda infeksi luka post operasi (-), perdarahan aktif (-)
-          TD :140/100 mmHg, N : 88 x/menit
     R  : 24 x/menit, T : 36,9oC BAK :+
A :
PIVA0 post Sectio Caesarea atas indikasi riwayat Sectio Caesarea 2kali dan Medis Operatif Wanita (MOW) hari ke-2 dengan anemia berat
P :
-          Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
-          Mengajarkan ibu teknik relaksasi
-          Menganjurkan ibu makan/minum yang bergizi
-          Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri, daerah genetalia dan luka bekas operasi
-          Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI kepada bayi secara on demand
-          Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter, yaitu:
IVFD RL 20 tpm
Injeksi ceftriaxone 2x1 gram per IV
Drip Ketorolac 2x1 ampul
Injeksi Lasix 1x1 ml per IV


BAB IV
PEMBAHASAN


Pada tanggal 14 Desember 2015 ibu datang ke IGD RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin bersama dengan suaminya mengeluh perut mules dan ingin melahirkan. Setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, kemudian ibu diantar ke ruang bersalin. Dari hasil anamnesa ibu berumur 32 tahun, ini adalah kehamilan keempat, ibu sudah pernah melahirkan melalui operasi sectio caesarea sebanyak 2 kali. Ibu mengatakan ingin dilakukan sterilisasi atas dasar suka rela dan diketahui oleh suami. Hal ini sesuai dengan teori menurut Decherney (2007) bahwa indikasi dilakukannya sectio caesarea yaitu atas indikasi ibu dan bayi salah satunya adalah riwayat sectio caesarea. Sehingga pada tanggal 15 Desember 2015, ibu direncanakan untuk operasi sectio caesarea. Dan berdasarkan program rumah sakit MOW dilakukan setelah operasi serta syarat MOW salah satunya adalah syarat suka rela.
Setelah operasi ibu diantar ke ruang nifas untuk diobservasi dan menjalani perawatan. Selama di ruang nifas ibu dilakukan observasi pemeriksaan dan pencatatan tanda-tanda vital tiap 15 menit jam pertama, 30 menit 4 jam selanjutnya, diberikan terapi sesuai dengan advis dokter yaitu pemberian cairan melalui intra vena, analgetik, antibiotik, kateterisasi serta mobilisasi bertahap. Karena ibu mengalami penurunan kadar haemoglobin maka ibu harus mendapatkan transfusi darah sesuai dengan advis dokter. Setelah dirawat selama 2 hari, keadaan ibu mulai membaik, dihari ketiga hasil pemeriksaan dokter mengatakan bahwa keadaan ibu sudah lebih baik dari hari kedua. Ibu diizinkan pulang tetapi sebelumnya dilakukan perawatan luka operasi, ganti perban, melepas infus dan kateterisasi. Sebelum ibu pulang, petugas kesehatan memberikan konseling tentang perawatan luka operasi untuk tetap bersih dan kering, menjaga personal hygene ibu dan bayi, cara merawat tali pusat bayi, diet tinggi protein seperti mengkonsumsi tahu, tempe, ikan, susu dan sebagainya, serta menganjurkan ibu untuk kontrol ulang di poli kebidanan RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin pada tanggal 22 Desember 2015. Hal ini sesuai dengan teori menurut Bobak (2004), bahwa perawatan post SC dilaksanakan berdasarkan perawatan medis dan keperawatan yaitu observasi tanda-tanda vital pasca operasi, pemberian analgetik, antibiotik, kateterisasi, mobilisasi dan transfusi darah bila terjadi perdarahan. Apabila keadaan ibu sudah membaik dan tidak ada komplikasi lain maka ibu diperbolehkan pulang.


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Laporan kasus asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. H mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada bahwa Ny.H telah memiliki riwayat sectio caesarea dan kurang dari 2 tahun sehingga untuk kehamilan yang sekarang ibu harus dilakukan sectio caesarea kembali. Serta untuk mencegah ibu tidak hamil kembali dan sudah disetujui oleh suami dengan suka rela ibu melakukan medis operatif wanita (MOW). Penatalaksanaan selama post operasi yang dilakukan di ruang nifas sesuai dengan teori yang ada, Penatalaksanaan perawatan medis dan keperawatan yaitu observasi tanda-tanda vital pasca operasi, pemberian analgetik, antibiotik, kateterisasi, mobilisasi dan transfusi darah bila terjadi perdarahan. Serta ibu tidak mengalami komplikasi sehingga ibu diperbolehkan pulang.

B.    Saran
1.    Bagi Institusi
Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2.    Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan khususnya pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan medis operatif wanita (MOW)


3.    Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan medis operatif wanita (MOW)
4.    Bagi Pasien
Diharapkan klien dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa nifas post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea dan medis operatif wanita (MOW)




DAFTAR PUSTAKA
Andon, H., Tabloid Nakita, No.493/Th. X13 September 2008
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI)  2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
BKKBN.2006. Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional Materi Konseling. Jakarta
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas / Maternity Nursing (Edisi 4), Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I. Anugerah. Jakarta: Egc
Depkes  RI.  2010. Survei  Kesehatan  Rumah  Tangga  Tahun  2010.  Jakarta: Departement Kesehatan RI.
Dewi, Y. 2007. Operasi Caesar. Pengantar Dari A Sampai Z. Jakarta : Edsa Mahkota
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihanna.
Hartanto Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Edmonds, Dk. 2007. Dewhurst’s Textbook Of Obstetrics And Gynaecology, Seventh Edition. Blackwell Publishing.
Impey, Child, 2008. Disorderof Early Pregnancy. In: Obstetric And Gynaecology. 3rd Edit Ion.Uk : Wiley-Blackwell
Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Editor Sujono Riyadi.  Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Maryunani,Anik.2012.Biologi reproduksi dalam kebidanan.Jakarta:Trans Info Media
Noviawati,Dyah setia arum dan Sujiyatini. 2009.Panduan Lengkap Pelayanan KB
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP – SP.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Rahmawati,  Suherni, Widyasih, Hesty &, Anita. (2009).  Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Jogjakarta : Fitramaya
Sulistyawati,Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.Jogjakarta: Andi Offset Terkini. Mitra cendekia : Jogjakarta.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Editor Monica Ester. Jakarta : Egc
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
 

4 komentar:

  1. kaka ulun sangat terbantu krena askeb pian inih ,maksih kakak

    BalasHapus
  2. Iya sama2 sayang.. kalo ada perlu yg lain bilang aja. Kali aja bisa bantu hee

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. saya mahasiswa keperawatan dan dapat kasus ini. mohon izin untuk di jadikan referensi. terimakasih, sangat membantu.

    BalasHapus