Selasa, 22 Maret 2016

Pelayanan Kebidanan di Indonesia

 Penanganan kematian ibu telah dimulai semasa pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-19. Waktu itu diakui bahwa kematian ibu merupakan masalah kesehatan yang mendesak dan membutuhkan penanganan secepatnya dengan cara bertahap. Dukun sebagai penolong persalinan secara biomedik tidak mempunyai pengetahuan dan bahkan membahayakan. Mereka berasal dari keluarga dukun atau mendapat panggilan melalui mimpi, kemudian membantu dukun yang lebih tua dan menambah pengalaman dari praktik. Dalam lingkungannya dukun merupakan tenaga terpercaya dalam semua hal yang bersangkutan dengan kesehatan reproduksi untuk ibu dan bayinya. 

Pengertian atau pemahaman bahwa kehamilan dan persalinan adalah nyawa taruhannya atau “roh nyawa” (bahasa Jawa) menunjukkan masyarakat sadar kalau setiap persalinan mengahadapi risiko atau bahaya yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Peribahasa “sedia payung sebelum hujan” dengan pola pikir pencegahan proaktif dan pengertian antisipasinya telah ada di masyarakat.
 
Tabel Pelayanan Kebidanan di Indonesia
Tahun 1850
Didirikan Sekolah Bidan Pribumi dengan tujuan untuk mengambil alih peran dukun beranak
Tahun 1873
Sekolah ditutup karena masyarakat masih lebih memilih melahirkan dengan dukun
Tahun 1879
Sekolah bidan yang diasuh oleh dokter militer dibuka kembali. Sejak itu sekolah bidan dan jumlah bidan bertambah
Tahun 1902
Ilmu kebidanan mulai diajarkan dan masuk ke dalam kurikulum Sekolah Dokter Jawa, yang dengan pendidikan sederhana telah didirikan sebelumnya pada tahun 1815
Tahun 1937
Terdapat perubahan yaitu desentralisasi penanganan kesehatan rakyat, penyerahan kepada pemerintah provinsi, kabupaten kota, juga peningkatan atau pengembangan pelayanan kebidanan.

Oleh :
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar